Cinta itu anugerah.
Betul nggak sih kalimat itu?
Seorang sahabat wa aku malam-malam, "Aku mau cerita nih...,
tapi aku malu..." katanya.
"Kalau malu ya nggak usah cerita... " jawabku.
"Iya ya...., aku malu nih." katanya lagi.
"Ya udah, nggak usah cerita..." jawabku lagi.
"Bukan gituuu..., sekarang ini lho aku sedang merasa malu..." katanya.
"Oooh, terus..., malu sama siapa?" tanyaku.
"Ya malu sama diriku sendiri, malu sama anak-anakku, malu sama kamu, malu sama Allah, ya semuanya deh..."
"Koq kamu borong sendiri sih?" tanyaku.
"Iya, aku maluuuu banget, kenapa di saat usiaku sekarang, aku tiba-tiba merasa jatuh cinta lagi..." katanya.
"Padahal waktu suamiku masih ada, aku ngerasa laki-laki di dunia ini hanya suamiku saja yang kucintai, dan tidak ada yang lainnya." katanya lagi.
"Ya kan sekarang suamimu sudah nggak ada...." kataku.
"Maksudku, waktu itu aku ngerasa kalau cintaku ya hanya satu-satunya itu saja untuk suamiku, Kalau dia sudah tidak ada, ya cintakupun sudah habis...Makanya waktu suamiku dipanggil Allah dulu, aku merasa seluruh hatiku juga sudah mati..." katanya.
"Kalau malu ya nggak usah cerita... " jawabku.
"Iya ya...., aku malu nih." katanya lagi.
"Ya udah, nggak usah cerita..." jawabku lagi.
"Bukan gituuu..., sekarang ini lho aku sedang merasa malu..." katanya.
"Oooh, terus..., malu sama siapa?" tanyaku.
"Ya malu sama diriku sendiri, malu sama anak-anakku, malu sama kamu, malu sama Allah, ya semuanya deh..."
"Koq kamu borong sendiri sih?" tanyaku.
"Iya, aku maluuuu banget, kenapa di saat usiaku sekarang, aku tiba-tiba merasa jatuh cinta lagi..." katanya.
"Padahal waktu suamiku masih ada, aku ngerasa laki-laki di dunia ini hanya suamiku saja yang kucintai, dan tidak ada yang lainnya." katanya lagi.
"Ya kan sekarang suamimu sudah nggak ada...." kataku.
"Maksudku, waktu itu aku ngerasa kalau cintaku ya hanya satu-satunya itu saja untuk suamiku, Kalau dia sudah tidak ada, ya cintakupun sudah habis...Makanya waktu suamiku dipanggil Allah dulu, aku merasa seluruh hatiku juga sudah mati..." katanya.
"Menurutku, cinta itu
anugerah. Kita tidak pernah tahu kapan rasa cinta itu akan datang dan pergi
dari hati kita. Kurasa hanya Allah saja yang dapat membuat hati kita seperti
itu. Hanya Dia yang dapat membolak-balikkan hati manusia. Jadi kenapa harus
malu? Kurasa sebaiknya kita harus bersyukur bahwa masih diberi kepercayaan
untuk merasakan cinta itu lagi. Kurasa juga kalau Allah sedikit menegur dengan
kenyataan ini, Allah menyindir dengan rasa cinta ini, bahwa seharusnya cinta
kepada sesama manusia itu tidak usah mati-matian pada satu orang saja , toh
ternyata bisa juga tumbuh pada yang lain, hehehe...."
"Bagaimana dengan
kesetiaan?" tanyanya.
"Kenapa dengan kesetiaan?
Apakah jatuh cinta lagi berarti tidak setia pada yang sudah meninggal?"
jawabku.
"Sepertinya begitu..."
"Sepertinya begitu..."
"Mana bisa dibilang begitu,
buktinya rasa cinta pada suami/istri yang telah meninggal toh tetap ada dan
tersimpan di hati?"
Obrolan kami berakhir di tengah
malam karena sudah sama-sama mengantuk dengan kalimat-kalimatku yang sudah
mulai mengacau, karena mata sudah perih sekali sehingga banyak salah pencet.
Huruf a jadi s, huruf h jadi n, dan seterusnya....
"Makanya kali ini nanti,
jangan berikan hatimu 100 persen ke padanya..., kasih 50 aja, 25 buat dirimu,
25 buat yang lain..., buat jaga-jaga supaya kalau terjadi apa-apa yang tidak
kita inginkan, kamu jatuhnya nggak dalam-dalam banget..., kamu masih punya
cadangan buat tetap survive...." kataku.
"Hoiii, ini perasaan lho ya,
bukan modal buatmu jualan teh poci..., enak aja bisa dibagi-bagi gitu..."
katanya.
Waaah, nggak percaya dia....
(kalau perasaan bisa dibagi-bagi, ditahan, direm, ataupun digas poll seperti
istilah anak jaman now)
*****Ini Status di FB tanggal 23 Nopember 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar