Jumat, 11 Juli 2014

Tentang Rasa

                                        (ilustrasi gambar diambil dari blog nano spray)



Sekarang di seluruh media dan dunia maya sedang hangat (panas) membahas tentang pilpres, tentang beradunya argument yang masing-masing kubu berusaha menunjukkan kelebihan jagoannya, dan jeleknya juga jadi berusaha menjatuhkan lawan dengan (mencari-cari) kekurangan lawan. Semua dapat dibaca dengan jelas, walaupun terkadang ada juga akses yang agak sulit untuk dibuka atau malah sudah dihapus. Serunya mungkin karena kali ini hanya ada dua pilihan yang harus dipilih, kalau nggak A ya B.

Tapi aku nggak akan menulis tentang panasnya politik Indonesia saat ini koq, aku hanya ingin menulis tentang ‘rasa’ ku. Rasa yang kupunya dulu dan rasa yang dimiliki orang-orang sekarang. Rasa apa saja, rasa senang, benci, asmara, dan lain-lain. Yang enteng-enteng sajalah.....!

Duluuu…., 
Mungkin sekitar dua puluh tahun lalu atau lebih….., semua rasa yang kupunya adalah hanya milikku. Semua hanya aku yang tahu pasti. Ada juga sih beberapa orang terdekat yang tahu, tapi tetap tidak banyak, hanya sebatas luarnya saja. Masih tetap ada ruang yang terkunci dan anak kuncinya selalu dalam genggamanku.

Duluuu….,
Kalau aku mempunya rasa pada seseorang, aku menyukainya…., aku mencintainya…., hanya aku yang tahu. Aku hanya menyimpannya di dalam dada dan akan mengungkapkannya hanya pada yang bersangkutan bila ternyata diapun punya rasa yang sama denganku. Tapi kalau misalnya aku ternyata jatuh hati pada Michael Jackson, ya mana mungkin aku mengungkapkan pada si Jacko kan?

Kalau aku tidak punya rasa pada seseorang, aku tidak suka, aku benci padanya……, hanya aku juga yang tau. Akupun hanya menyimpannya di dalam dada supaya dia tidak tahu kalau aku tidak menyukainya. Misalnya saja ada teman sekelas yang naksir dan aku tidak suka, aku tidak mungkin menunjukkan rasa tidak sukaku dong, supaya aku tidak disantet.


Ketika ‘rasa’ku kuanggap dapat memberikan kegembiraan pada yang lain, mungkin akan kubagi pada mereka sedikit cerita bahagiaku supaya berimbas sama.

Tapi ketika ‘rasa’ku mengalami sakit, akan kututup rapat-rapat hal itu dari dunia supaya yang lainpun tidak ikut merasakan sakit. Yang lain jangan sampai tahu kalau ‘rasa’ku sedang merasakan sakit. Apalagi sampai harus mengejek rasa sakitku.

Sekarang,
Ketika aku membaca status-status yang ada di social media (yang menurutku adalah ekspresi penulis saat itu, aktualisasi yang sesungguhnya tetapi sering tidak diakui kebenarannya), aku begitu melihat dengan jelas gambaran ‘rasa’ mereka saat ini. Rasa suka, benci, asmara, patah hati, kecewa, senang, dan lain-lain. Padahal aku bukanlah orang yang dekat baginya.

Sungguh suatu perubahan yang sangat berarti. Perubahan dalam berpikir. Perubahan dalam bersikap. Perubahan dalam cara berinteraksi. Apa ini termasuk juga dalam perubahan social dan budaya ya? Ah…, menyesal sekali dulu waktu kuliah kerjaku cuma melamun saja…. Hehehe….

Sekarang seribu orang pembaca seribu orang mengetahui isi hatimu. Semua isi dunia membaca, semua isi dunia melihatmu bagai kaca bening….

Kalau dulu aku merasa aku milik diriku sendiri, kira-kira rasa apa ya yang dimiliki orang-orang sekarang? Kira-kira apa ya yang dapat tetap menjadi miliknya yang paling pribadi?




Surabaya, 12 Juli 2014
(ketika mataku mbliyur baca semua tulisan di komputerku, padahal aku sudah pakai kaca mata)