Setelah kira-kira seperempat abad
tidak pernah jumpa, akhirnya hari itu aku bertemu lagi dengan seorang sahabat
lama. Namanya Supratmi, seorang dokter hewan yang saat ini menjadi salah satu
pejabat eselon 3 di Kementrian Pertanian urusan (apa ya?) Perhewanan mungkin…
di Kabupaten Lamongan, (hehehe, aku
nggak tahu pasti jabatannya sekarang apa, yang jelas pasti nggak jauh-jauh amat
dari ngurusin hewan dan ternak….)
Kami bertemu terakhir kali ketika
masih sama-sama kuliah dan tergabung di Kelompok Pecinta Alam yang sama di
Universitas Airlangga, Wanala namanya. Setelah masing-masing lulus, ya…. bertebaran
ke sana kemarilah kita. Masing-masing mencari langkahnya sendiri. Tetapi karena
kecanggihan tekhnologi dan kejeniusan manusia yang berhasil membuat Jejaring
Sosial, akhirnya kamipun dapat berhubungan lagi.
Hari itu, aku bertemu bertiga
dengan seorang sahabat juga…, tapi yang ini lumayan ada beberapa kali bertemu
karena kebetulan dia tinggal di Depok, tidak terlalu jauh dari rumahku, namanya
Iswanti. Dulu dia dari Psikologi tetapi perjalanan kakinya membawanya bekerja
di bidang akuntansi. Melenceng amir dari kuliahnya dulu….
(sssttt…, jangan ribut ya…,
kurasa akupun tidak konsekwen dengan jurusan kuliahku dulu, dari Sosial
Politik, sekarang malah jadi Interviewer di Riset Pemasaran,…. Harusnya kan
jadi Menteri,… Hihihi….)
Foodcourt di Botani Square Bogor
siang itu benar-benar luber dengan manusia, sampai kami harus berputar-putar dulu mencari
bangku kosong dan dengan muka tebal berdiri menunggu di dekat satu keluarga yang sepertinya akan segera
bangkit dari duduknya.
“Aku pingin pecel, di sini ada
pecel nggak ya…, mulutku sudah seminggu nggak ketemu pecel…” kata Supratmi
begitu kami mendapatkan tempat duduk.
“Nggak ada deh kayaknya, paling
juga yang ada gado-gado…” kataku dan Iswanti.
Akhirnya mereka berdua pesan gado-gado,
sedang aku pilih makanan favorit masyarakat sajalah…., bakso, yang ternyata itu
adalah pilihan yang tepat, sebab kata kedua temanku itu, rasa gado-gado pesanan
mereka kurang mengena di lidah….
Seperti umumnya teman-teman yang
lama tidak saling jumpa, kamipun bernostalgia dengan cerita-cerita masa lalu. Ngerumpiin
teman-teman dari masa lalu juga, sambil cekikikan bertiga.
Mengenang jaman dulu ketika
Supratmi ini kuliah dengan berkacamata dan berekor kuda, prinsipnya lumayan
keras, agak susah dibelokkan. Tapi sekarang dia ternyata lebih banyak bercanda
dan tampak tidak sekeras dulu. Hanya satu yang tidak berubah, tubuhnya tetap
ceking seperti dulu.
Kalau sahabatku yang satunya,
dari dulu memang wajahnya sudah bulat, senang tertawa, yang sekarang semakin nyempluk, serta masih suka
tertawa, dan dikuti tubuhnya yang lumayan agak mengembang… hehehe….
Kalau aku, kata mereka aku
sekarangpun jauh lebih nyempluk daripada dulu, tubuhkupun sudah mengalami pemuaian
dan kegosongan karena sering terkena panas… (maklum, kerjaan interviewer kan
memang di jalanan terus, menjadi anak matahari…….)
Tapi apapun chasing kami sekarang
ini, isi hati kami tetap seperti dulu, saling sayang sebagai sebuah keluarga
besar dari terakibatnya kutukan yang membanggakan, yaitu sebagai anggota
Pecinta Alam UA, yang semoga tidak akan terkudeta oleh labil hati, hihihi…. Salah
ya, labil ekonomi…..
Foto kami bertiga itu sengaja
pakai auto kamera, karena kata Iswanti kami nggak pede kalau harus minta tolong
mbak-mbak atau mas-mas yang jaga di sana, sebab takut kelihatan bulet. Tapi aku
protes lihat hasilnya, karena pipiku tampak nyempluk banget di situ….., itu
karena kesalahan posisi dan kamera…. Sehingga tidak sesuai aslinya…. Hehehe…. (karena
aku yang jepret, jadi aku kan paling dekat tuh…, jadi nyempluk deh….)
Bogor, 19 September 2013