Hari ini, tepat di 68 tahun
Indonesiaku, kembali aku harus terhenyak di kursiku. Seolah aku dijorokkan ke
belakang ketika melihat acara Garis Depan yang ditayangkan KTV (Kompas TV)
siang ini, setelah beberapa waktu yang lalu aku menonton acara senada di Kick
Andy.
Sebuah Kota Kecamatan yang
bernama Puring Kencana, adalah wilayah Indonesia yang berbatasan langsung
dengan wilayah Malaysia dimana kehidupan social di dua wilayah beda negara ini
benar-benar tampak seperti papan catur yang berwarna hitam putih. Kontras
sekali.
Kebanyakan penduduk wilayah
Puring Kencana mencari nafkah di kota sebelah yang notabene adalah wilayah
Negara Tetangga. Para petani harus menjual hasil buminya di sana karena di
Puring Kencana tidak ada pasar sebagai sarana mereka menjual dagangannya.
Bahkan anak-anak warga Puring
Kencana terpaksa harus banyak yang bersekolah di wilayah Malaysia itu karena
fasilitas yang disediakan sungguh bertolak belakang dengan kondisi di Puring
Kencana. Berbagai kemudahan, sarana dan fasilitas gratis diberikan pada
anak-anak yang bersekolah di wilayah Malaysia ini. Sungguh berbeda dengan
sekolah yang ada di Puring kencana yang kondisinya rusak berat dan kekurangan
tenaga guru dengan jumlah murid tidak lebih dari 10 orang di tiap kelasnya.
Apa khabar para Wakil Rakyat yang
katanya memperjuangkan aspirasi rakyatnya? Mau yang di Daerah kek, ataupun yang
di Pusat, janganlah lagi sibuk ngubek-ubek mengurusi yang di Kota-kota Besar dan pulau Jawa saja. Mereka sudah
berada di dalam system yang tanpa diurusipun sudah pasti dapat berjalan sendiri
dengan lancar. Wilayah Perbatasan yang harusnya jadi Etalase Negri (pinjam
istilah dari salah satu tokoh pemuda yang peduli dari wilayah garis depan ini)
juga harus diurusi, masukkan agenda dalam daftar kerja, bukannya dicuekin
seolah bagian dapur atau toilet orang Jakarta yang kurang mendapat perhatian bila
dilihat oleh Negara Tetangga.
Melihat kontrasnya kehidupan di
dua wilayah bertetangga ini, aku jadi ragu, harus takjub ataukah heran pada
mereka yang tetap bertahan tinggal di kegelapan Puring Kencana (karena listrik belum masuk ke
wilayah ini) dan tidak melompat masuk ke Kota Modern Sri Anam di
Negara tetangga yang begitu gemerlap dan berfasilitas lengkap. Kondisi
infrastruktur yang parah dengan jalanan becek kalau hujan dan berdebu di musim
kemarau sungguh berbanding terbalik dengan jalan-jalan lurus beraspal yang
kinclong di kota sebelah.
Kelompok Anak Muda yang peduli
negri itu membuat semacam komunitas Blogger yang mereka kelola demi menyalurkan
aspirasi masyarakat perbatasan kepada para mereka yang berada di atas. Dengan Blog yang mereka
tulis, diharapkan dapat memangkas birokrasi yang bertele-tele sehingga teriakan
mereka terdengar ke atas dan kepada seluruh masyarakat luas, bahwa ada
wilayah-wilayah tertentu yang amat sangat membutuhkan perhatian.
Mereka sangat bersemangat
menyuarakan aspirasinya dan terus mendidik orang-orang baru untuk ikut menulis
dalam Blog itu supaya teriakan mereka didengar. Kalau dengan usaha yang seperti
inipun mereka belum juga ditengok oleh mereka yang di atas, entah bagaimana dan
kepada siapa lagi saudara-saudara kita yang ada di perbatasan itu harus
berteriak…..
Kalau ada yang tertarik ingin
tahu lebih banyak tentang topic yang kutulis kali ini, coba saja minta tolong
mbah google…, ketik saja Puring Kencana…. Ada banyak cerita tentang wilayah
ini. Ada link Blog milik seorang warga yang bernama Marta Duri, http://martaiban.blogspot.com/2012/03/sejarah-puring-kencana.html
Bogor, 17 Agustus 2013