Sabtu, 17 Agustus 2013

Ironi Di Garis Depan Negeri




Hari ini, tepat di 68 tahun Indonesiaku, kembali aku harus terhenyak di kursiku. Seolah aku dijorokkan ke belakang ketika melihat acara Garis Depan yang ditayangkan KTV (Kompas TV) siang ini, setelah beberapa waktu yang lalu aku menonton acara senada di Kick Andy.

Sebuah Kota Kecamatan yang bernama Puring Kencana, adalah wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia dimana kehidupan social di dua wilayah beda negara ini benar-benar tampak seperti papan catur yang berwarna hitam putih. Kontras sekali.

Kebanyakan penduduk wilayah Puring Kencana mencari nafkah di kota sebelah yang notabene adalah wilayah Negara Tetangga. Para petani harus menjual hasil buminya di sana karena di Puring Kencana tidak ada pasar sebagai sarana mereka menjual dagangannya.

Bahkan anak-anak warga Puring Kencana terpaksa harus banyak yang bersekolah di wilayah Malaysia itu karena fasilitas yang disediakan sungguh bertolak belakang dengan kondisi di Puring Kencana. Berbagai kemudahan, sarana dan fasilitas gratis diberikan pada anak-anak yang bersekolah di wilayah Malaysia ini. Sungguh berbeda dengan sekolah yang ada di Puring kencana yang kondisinya rusak berat dan kekurangan tenaga guru dengan jumlah murid tidak lebih dari 10 orang di tiap kelasnya.

Apa khabar para Wakil Rakyat yang katanya memperjuangkan aspirasi rakyatnya? Mau yang di Daerah kek, ataupun yang di Pusat, janganlah lagi sibuk ngubek-ubek mengurusi yang di Kota-kota  Besar dan pulau Jawa saja. Mereka sudah berada di dalam system yang tanpa diurusipun sudah pasti dapat berjalan sendiri dengan lancar. Wilayah Perbatasan yang harusnya jadi Etalase Negri (pinjam istilah dari salah satu tokoh pemuda yang peduli dari wilayah garis depan ini) juga harus diurusi, masukkan agenda dalam daftar kerja, bukannya dicuekin seolah bagian dapur atau toilet orang Jakarta yang kurang mendapat perhatian bila dilihat oleh Negara Tetangga.

Melihat kontrasnya kehidupan di dua wilayah bertetangga ini, aku jadi ragu, harus takjub ataukah heran pada mereka yang tetap bertahan tinggal di kegelapan  Puring Kencana (karena listrik belum masuk ke wilayah ini) dan tidak melompat masuk ke Kota Modern Sri Anam di Negara tetangga yang begitu gemerlap dan berfasilitas lengkap. Kondisi infrastruktur yang parah dengan jalanan becek kalau hujan dan berdebu di musim kemarau sungguh berbanding terbalik dengan jalan-jalan lurus beraspal yang kinclong di kota sebelah.

Kelompok Anak Muda yang peduli negri itu membuat semacam komunitas Blogger yang mereka kelola demi menyalurkan aspirasi masyarakat perbatasan kepada para mereka yang berada di atas. Dengan Blog yang mereka tulis, diharapkan dapat memangkas birokrasi yang bertele-tele sehingga teriakan mereka terdengar ke atas dan kepada seluruh masyarakat luas, bahwa ada wilayah-wilayah tertentu yang amat sangat membutuhkan perhatian.

Mereka sangat bersemangat menyuarakan aspirasinya dan terus mendidik orang-orang baru untuk ikut menulis dalam Blog itu supaya teriakan mereka didengar. Kalau dengan usaha yang seperti inipun mereka belum juga ditengok oleh mereka yang di atas, entah bagaimana dan kepada siapa lagi saudara-saudara kita yang ada di perbatasan itu harus berteriak…..

Kalau ada yang tertarik ingin tahu lebih banyak tentang topic yang kutulis kali ini, coba saja minta tolong mbah google…, ketik saja Puring Kencana…. Ada banyak cerita tentang wilayah ini. Ada link Blog milik seorang warga yang bernama Marta Duri, http://martaiban.blogspot.com/2012/03/sejarah-puring-kencana.html


Bogor, 17 Agustus 2013