Senin, 18 Maret 2013

Pedagang Lebay



Yang namanya para pedagang, di mana saja lokasinya berjualan memang terkadang agak lebay saat menjajakan dagangannya. Tapi menurutku itu semua biasa saja karena untuk menarik pembeli supaya dagangannya laku. Demikian juga halnya dengan pedagang asongan di KRL Ekonomi, byuh…., hebat-hebat euy….

Contohnya begini, “Donat-donat, isi 5 buah cuma sepuluh ribu, tahan sampai besok dan kuat menahan rasa lapar tiga hari….”
Atau begini, “Jeruk bu jeruk pak…, manis-manis…, biar kecil tapi manis kayak saya…” (padahal yang jual tuh, si abang-abang itu nggak ada manis-manisnya sama sekali, malah berewokan iya…hehehe…)

Nah, ini ada lagi yang super heboh, “Bapak-bapak ibu-ibu, Negara kita semakin lama semakin miskin karena setiap hari digerogotin para koruptor. Pancasila semakin tidak ada artinya karena ternyata banyak para pejabat yang tidak hafal bunyi ‘Pancasila’ itu sendiri. Kereta Ekonomi inipun sedikit demi sedikit akan menghilang dari peredaran. Akan seperti apa nasib kita nantinya….. Maka dari itu bapak-bapak ibu-ibu, marilah kita bantai tikus-tikus itu secara beramai-ramai, mari kita selamatkan hidup anak cucu kita dari ancaman tikus yang meraja lela….”

Tahukah kira-kira pedagang apa itu yang pakai acara berpidato panjang lebar seperti itu? Yang belum pernah mendengarnya berjualan mungkin akan mengira dia sedang melakukan kegiatan teater dengan cara ber-orasi seperti itu dan tampak mendengarkan dengan sungguh-sungguh semua yang dikatakan pedagang itu. Tapi kalau yang sudah sering mendengar seperti aku, mungkin akan diam saja dan merasa biasa (tidak mendengarkan lagi, maksudnya), atau ada juga yang tersenyum-senyum setelah tahu apa yang dijual pedagang itu.

Kasih tahu nggak ya, pedagang apakah orang itu?
Hehehe…., pedagang itu adalah penjual racun tikus. Ya, dia menjual racun tikus yang sebungkus harganya tujuh ribu rupiah.

Entah apa pendapat orang lain tentang penjual racun tikus ini, mungkin ada yang menganggapnya lebay, menghibur, atau justru menyebalkan?
Tetapi memang seperti itulah, memang banyak hal yang terjadi di atas KRL ini, banyak aktifitas yang terjadi di sana dan hampir semua orang menikmatinya. Mulai dengan terjadinya jual-beli, hiburan, pengemis, sampai pencopetpun ada semua di sana.

Termasuk kejadian menyebalkan kalau kereta sedang penuh-penuhnya, seperti yang kualami kemarin. Aku sedang berada di posisi berdiri dengan berpegangan pada pegangan kereta, berusaha menahan tubuh supaya tidak oleng atau terjatuh karena goncangan kereta. Eeeh…., manusia (laki-laki) di belakangku yang sedang ngerumpiin salah satu teman kantornya dengan temannya, kurasakan koq semakin merapat ke belakangku. Punggungku terasa semakin berat (untungnya tas ranselnya berada di antara aku dan orang itu, jadi kami tidak bersentuhan langsung), rupanya orang itu berdirinya menyender padaku. Enak saja, dipikir nggak berat apa?! Aku yang berusaha menahan tubuhku sendiri saja sudah repot, eh… disenderi!

Maka, akupun umek terus, aku bergerak terus, ke kanan-ke kiri, menggeliat… pokoknya umek deh….., yang akhirnya membuat dia merasa/tersadar  dan kemudian berdiri tegak serta agak minggir ke samping kiriku. (aku nggak tahu, apakah dia ganti bersender pada bapak-bapak di samping kiriku itu atau tidak….., yang penting aku bebas….)

Menurut rencana (kebijakan baru yang amat sangat terlambat, karena sudah terlanjur mengakar), nantinya bakalan nggak ada lagi tuh pedagang asongan yang beroperasi di atas KRL, karena sejak sekarangpun mereka --para pedagang asongan-- itu sudah dikejar-kejar oleh petugas dan dilarang berjualan di atas KRL lagi. Pasti bakalan ada sesuatu yang hilang. Moment dan sensasi yang tidak ada di tempat lain.


Bogor, 18 Maret 2013
(semoga para pedagang asongan itu sudah memikirkan/mendapatkan tempat lain sebagai lahannya mencari nafkah)