Minggu, 25 April 2010

Takdir


Hidup, mati, rejeki dan jodoh di tangan Allah. Kalimat itu sudah sering sekali kita dengar dan karena saking seringnya terdengar, kadang kita sering mengabaikannya. Kalimat itu seakan baru bermakna bila kita atau orang terdekat kita benar-benar telah mengalaminya. Kita baru akan tersentak dan mengakui kekuasaanNya sebagai pemilik takdir.


Kemarin adalah hari yang sedih bagi sebuah keluarga. Seorang gadis muda belia berumur 17 tahun telah dipanggil mendahului orang tua dan seluruh keluarga yang menyayanginya lewat suatu kecelakaan tragis. Kecelakaan motor yang langsung merengut nyawanya saat itu juga. Konon si gadis menyalip angkot di sebuah tikungan dan tersenggol angkot tersebut…., kemudian, ketika jatuh…. langsung dihantam mobil dari arah berlawanan sampai si gadis masuk ke kolong mobil dan terseret sampai beberapa meter.


Begitu mendengar peristiwa sedih ini, banyak orang yang berandai-andai….”Seandainya saja dia tidak menyalip angkot…” dan “Seandainya dia tidak perlu mengantarkan ayahnya ke stasiun untuk berangkat kerja…” serta beberapa ‘seandainya’ yang lain.


Tetapi benarkah bila beberapa ‘seandainya’ itu memang benar-benar tidak pernah menjadi ‘seandainya’alias semua itu memang tidak dilakukan atau tidak menjadi kenyataan, maka si gadis masih ada umur sampai hari ini?

Tidak ada yang bisa menjawab kan? Sebab kita bukanlah siapa-siapa…. Bahkan kita juga sebenarnya mungkin tidak pantas untuk sekedar berandai-andai… Kita semua adalah milik dari Si Empunya ‘andai’ itu. Mungkin kita masih boleh sedih, sakit dan kecewa. Tapi kita tidak boleh menyesalkannya.


Waktu melayat ke rumah duka, aku tidak kuasa menunggu sampai jenazah selesai dimandikan. Aku tidak sanggup masuk dan melihat banyak kesedihan di sana. Aku tidak tega melihat kesedihan kedua orangtuanya yang sampai beberapa kali pingsan menghadapi kenyataan ini. Aku juga tidak sanggup membayangkan bila berada di posisi mereka, sebab aku juga punya anak perempuan di usia itu…


Sungguh suatu hal yang amat berat bila sesuatu yang terjadi itu harus ‘mengambil’ dari kita, sekecil apapun, karena kita merasa sesuatu itu adalah milik kita… yang padahal sesungguhnya semua ini bukanlah milik kita. Berat sekali, walaupun itu semua adalah ‘takdir’.


Turut berduka cita dari lubuk hatiku yang terdalam, semoga si gadis dapat pergi dengan tenang dan arwahnya diterima di sisi Allah SWT, serta semoga diberikan ketabahan dan kekuatan yang lebih kepada keluarga yang ditinggalkannya. Amin.


Bogor, 25 April 2010