Tadi waktu aku sedang mengerjakan
laporan kerjaan, anakku yang tinggal di Malang mengirim SMS padaku. Dia menceritakan kengeriannya ketika mendapati teman sekamarnya ternyata mengigau ketika sedang tidur.
“Tadi di Bogor gempa ya mie?” tanya anakku.
“Emang kapan ada gempa? Mamie
nggak kerasa tuh…” jawabku sambil mencoba mengingat apakah tadi memang sempat merasakan goncangan di bumi.
“Tadi sore katanya di Bogor ada gempa,
terus mati lampu se Bogor…” kata anakku lagi.
“Masak sih, tapi di rumah hari ini
nggak mati lampu tuh…” jawabku, "Mamie kan seharian tadi nggak keluar rumah..." sambungku.
Anakku kemudian beralih topik pembicaraan tentang giginya yang sakit.
Anakku kemudian beralih topik pembicaraan tentang giginya yang sakit.
“Kakak hari ini minum obat
campur-campur dan macem-macem, tapi ga ada yang mempan…” katanya.
“Ya kalau gigi yang sakit itu
memang ga bisa dipertahankan lagi, ya dicabut aja…” jawabku. Aku nggak tega kalau ingat tiap kali dia
SMS malam-malam sambil nangis nggak bisa tidur semalaman karena sakit gigi.
“Hah, operasi lagi?!” tanyanya, "Yang tempo hari aja habis operasi kecil itu kakak lemesnya dua hari nggak ilang-ilang." katanya lagi.
“Temen kakak sudah balik ke kost?”
aku menanyakan teman sekamarnya yang kemarin katanya lagi cuti dan pulang ke
rumahnya.
“Belum. Tadi malem sih sudah
balik ke sini dan waktu semalam kakak gak bisa tidur itu, dia sudah tidur duluan. Eh, terus
ngigau, serem banget kayak orang kesurupan..”
“Ya dibangunin lho…” jawabku.
“Ya kalau itu bukan dia terus
kakak diterkam giman? Mendingan pura-pura gak lihat..” katanya.
“Tapi kalau dibiarin kadang suka ada
yang kebablasan terus meninggal lho kak…” jawabku.
“Meninggal? -_______-
…., temennya kakak horor banget sih, semalam aja ketawa-ketawa sendiri sambil tangannya
di ke-atasin. Trus lama-lama dia kayak kesakitan gitu, tangannya kayak gak bisa digerakin.
Ya udah deh, kakak langsung pura-pura tidur.” katanya.
“Koq ngigaunya ketawa-ketawa sih,
biasanya tuh mamie taunya orang nggau itu cuma ngomong sendiri atau teriak-teriak…”
“Makanya horror kan? Ketawanya
juga beda, aneh mie.....” katanya. Aku bayangkan anakku pasti ketakutan, hehehe....
“Hahahahaaaa….., mamie ketawa
sampai keluar air mata nih…” kataku sambil tertawa terpingkal-pingkal,
sampai-sampai huruf di HP kabur semua karena mataku penuh air mata.
“Habis itu temen kakak
bilang 'ah ah ah ah…. Sakiiit,..!!' sambil
mringis gitu. Kayak di ‘Dunia Lain’ di TV yang tangannya mulai gerak-gerak sendiri, dan itu kejadiannya tengah malam mie, gimana kakak nggak shock sendiri -___-“ katanya.
“Hahahahaaaaa……” aku tetap
tertawa.
“Jangan ketawa, ini serius horror
-____- “ katanya.
“Hahahahaaa…., netbook mamie
sampai ketetesan air mata kak…”
“Oke, ini lebay..” katanya.
“Iyalah…” jawabku.
“Tapi seriuuus Mamie yang lebay,
ketawa sampai banjir…” katanya.
“Ya habis, ngigau koq menari?
Emang dia penari?”
“Siapa yang bilang nariii….”
“Itu tangannya ke atas ngapain?
Masak dia mimpi jualan gorengan kayak jaman dulu yang pakai tampah terus ditaruh di atas kepala
itu…?”
“Udah ah, gak mau bayangin… -____-“
“Ya udah, mamie mau bikin
laporan.” jawabku. SMS kami terhenti dan aku meneruskan kerjaanku.
Ketika aku akan tidur, ternyata aku masih tertawa geli
membayangkan betapa takutnya anakku waktu melihat temannya mengigau. Sebab dulu
waktu adiknya sakit panas dan sering mengigau, dia juga selalu ikutan menangis karena
ketakutan.
Aku sendiri waktu itu merasa jantungku hampir copot karena melihat anakku yang kecil tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan melotot ke arah luar jendela yang gelap sambil menceracau nggak karuan. Dia menyebutkan bayangan putih di samping jendela, kepala gundul, dan beberapa bentuk horor lainnya.
Aku sendiri waktu itu merasa jantungku hampir copot karena melihat anakku yang kecil tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan melotot ke arah luar jendela yang gelap sambil menceracau nggak karuan. Dia menyebutkan bayangan putih di samping jendela, kepala gundul, dan beberapa bentuk horor lainnya.
Antara takut dan perasaan ingin menenangkan anakku, saat itu aku langsung membaca
bacaan doa’a apapun yang terlintas di kepalaku, mulai dari Al Fatehah, Surat-surat pendek, sampai
Ayat Kursi. Semuanya, seingatku, kusebut sambil memeluk anakku yang sedang panas itu
erat-erat.
Tapi waktu si kakak dulu mengigau,
igauannya tidak menakutkan, malah lucu menurutku. Waktu itu kan kakak masih SD,
masih kecil, dia tertidur di depan TV, terus kubangunkan untuk kuajak pindah
tidur ke kamar. Tiba-tiba saja, dia duduk di sampingku sambil tangannya seolah
mencomoti sesuatu dari pahaku padahal celana panjang yang kukenakan berbahan
polos dan sama sekali tidak ada apa-apa yang dapat dicomoti dari situ.
“Kakak lagi cari apa?” tanyaku sambil mengamati tingkah lakunya.
“Ini lho Mie,… banyak sekali…”
katanya sambil terus mencomoti pahaku.
"Apanya yang banyak?" aku tertawa dan menggandengnya masuk ke kamar. Rupanya dia kaget karena sedang nyenyaknya tidur, tiba-tiba saja kubangunkan. Matanya juga terbuka, bukan merem….. tapi mungkin saat itu kesadarannya masih 75%,hehehe...
"Apanya yang banyak?" aku tertawa dan menggandengnya masuk ke kamar. Rupanya dia kaget karena sedang nyenyaknya tidur, tiba-tiba saja kubangunkan. Matanya juga terbuka, bukan merem….. tapi mungkin saat itu kesadarannya masih 75%,hehehe...
Sebetulnya masih banyak
kisah-kisah lucu atau menakutkan tentang mengigau ini yang pernah kusaksikan, tapi sekarang aku sudah
mengantuk banget dan berharap segera tertidur karena besok aku harus berangkat pagi-pagi. Tapi ada satu lagi, aku berharap tidak akan pernah mengigau dalam tidur walaupun aku mimpi teramat
indah atau teramat menyeramkan sekalipun.
Bogor, 19 Desember 2012