Sejak pindah tempat tinggal, aku hampir
tidak sempat lagi menulis. Padahal sebenarnya begitu banyak hal-hal menarik di
sekitarku yang dapat menjadi bahan tulisan. Tapi apa daya, tangan dan kaki
hanya sepasang, dan tubuhpun hanya satu.
Kali ini, ada lagi hal yang
menggelitik hatiku dan tidak dapat menahanku untuk tidak menulisnya. Yaitu
tentang anak.
Ya, anak. Anak adalah titipan
Tuhan. Kita hanya dapat menerima apapun yang Diberikan oleh Tuhan, kemudian
berusaha menjaga titipan itu semaksimal mungkin. Bagi yang belum sempat
Dititipi oleh Tuhan, hanya dapat berdo’a dan berupaya.
Nah, ada seorang kenalan baru
yang bercerita padaku. Dia dan suaminya sudah 15 tahun menikah dan belum
dikaruniai momongan. Segala do’a dan upaya sudah dicobanya, tetapi rupanya
memang masih belum mendapatkan anugerah itu.
Di salah satu upayanya beberapa
tahun yang lalu, adalah upaya yang menurutku cukup miris dan menyesakkan dada.
Dia bercerita:
“Waktu itu aku sudah beberapa
tahun menikah mbak, dan sudah ingin sekali menimang anak. Tiba-tiba rekan
kerjaku yang sedang hamil bercerita padaku, bahwa dia sejak gadis sampai
menikah itu belum pernah sama sekali menstruasi. Ya, dia tidak pernah mendapat
haid sama sekali padahal dia wanita tulen. Tapi saat ini dia sedang hamil.”
“Ternyata rekanku itu dapat hamil
karena dia pergi ke ‘orang pintar’ mbak, dan dia menawarkan padaku, apakah aku mau
mengikuti jejaknya.”
“Pikiranku gini, dia yang nggak
pernah haid saja bisa hamil, masak aku yang normal tidak dapat hamil. Jadi akupun
mau mbak. Aku dikasih alamat ‘orang pintar’ itu.”
“Akupun hamil mbak…”
“Tunggu. Tunggu….!!” Kusela ceritanya.
“Gimana caranya koq jadi hamil
karena pergi ke dukun? Emang disuruh ngapain??!!” Aku benar-benar penasaran.
Kenalanku ini meneruskan
ceritanya:
“Aku dan suamiku tiap hari datang
ke ‘orang pintar’ itu, rumahnya daerah Krian. Aku dikasih air yang harus
kuminum. Itu saja. Syaratnya aku nggak boleh ke dokter.”
“Aku memang hamil. Diperiksa lab
di situ juga hasilnya positif hamil.”
“Tapi ada perkembangan di janin
nggak? Perut tambah gede nggak?!!” tanyaku.
“Aku nggak tau mbak, kan nggak
boleh periksa ke dokter. Tapi yang jelas badanku memang tambah gemuk mbak, dan
aku juga nggak dapat haid.” Jawabnya.
Bisa begitu ya, pikirku. Dukun
tadi sakti amat ya….
“Terus, pas usia kandungan
sekitar tujuh bulan, aku ngerasa aneh. Koq badanku sakit semua dan perutku
tidak ada pergerakan sama sekali. Akhirnya aku sama suami berembuk, dan nekat
pergi ke dokter.”
“Hasilnya….., saat itu juga
dokter menyuruh aku kuret. Harus.”
“Emang kenapa? Meninggalkah bayinya?”
Tanyaku.
“Aku nggak tau mbak, suamiku yang
dikasih tau dokter…., aku nggak boleh tau…” Katanya.
“Terus, teman kerja tadi
kehamilannya gimana?!” tanyaku penasaran.
“Setelah hamil kan aku keluar
kerja dan nggak ada kontak lagi sama teman tadi mbak…”
“Tapi orang yang ingin hamil dan
pergi ke ‘orang pintar’ tadi bukan cuma aku mbak…., banyyakkk….”
“Waktu itu bayar berapa ke dukun
itu?” Tanyaku.
“Yaah, lupaa…., tapi ya
lumayanlah…” Katanya tersipu.
Wah, kaya tuh si dukun, pikirku.
Terus terang aku gemas mendengar
cerita kenalanku ini, sebab sungguh ajaib di jaman sekarang ini koq dia dan
suaminya masih percaya sama hal yang nggak masuk akal itu.
Sama ajaibnya kalau ingat cerita
ibuku dulu, bahwa katanya ibuku dulu pernah kehilangan kehamilannya yang sudah
usia tujuh bulan.
Jadi ceritanya ibuku hamil nih,
sudah usia tujuh bulan (kalau nggak salah, hamil ‘adikku’ yang ke sekian). Nah,
suatu malam, tiba-tiba dalam tidurnya ibuku bermimpi didatangi seorang
laki-laki tidak dikenal yang bilang gini, “Nduk, anakmu tak jupuk yo..”
Dan keesokan paginya, perut ibuku
sudah kempis. Hamilnya hilang. Ibuku pergi periksa ke dokter, kata dokter tidak
ada janin lagi, tapi memang rahimnya bekas hamil. (???)
Cerita yang ajaib kan?!
Bagaimana menurut anda???
Hehehe…..
Malang, 1 April 2016
#sampai sekarang tetap nggak
habis pikir