Senin, 05 Agustus 2013

Kolong Jembatan




Kolong Jembatan Layang di Grogol. Siapa yang pernah lewat situ? Yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya mungkin pernah kan? Minimal naik mobil dan melintas di bawahnyalah…. Tapi mungkin tidak banyak yang memperhatikan kalau sungai yang memisahkan dua lajur jalan raya itu airnya hitam lehek-lethek kayak lumpur, kotor buanget-nget-nget-ngetssss…

Beberapa kali aku sempat menapakkan kaki di area itu ketika aku turun dari busway untuk berburu responden yang kebetulan tinggal di daerah itu, dan beberapa kali pula aku sempat memperhatikan betapa kotornya air sungai itu.

Berbagai macam limbah menyatu di sana dan membentuk ‘kelethekan’ itu, ffuuih!! (Aku belum menemukan padanan kata ‘kelethekan’ dalam Bahasa Indonesianya, jadi buat yang tidak mengerti artinya, mohon maaf… hehehe…..). Kulihat permukaannya seolah tidak mengalir, entah di bagian dalamnya yang aku belum pernah masuk menyelaminya dan tidak akan pernah mau, tapi banyak  gelembung-gelembung kecil yang muncul ke permukaan dan tidak lama kemudian pecah.

Kucoba menggunakan kekuatan sinar X dalam pandanganku (yang ternyata aku tidak punya) untuk mencoba menembus apa yang ada didalam air sungai ini. Apakah ada organisme hidup yang mampu bertahan di dalam situ? Kalau bukan organisme hidup, darimana pula gelembung-gelembung itu muncul?

Puas memandangi air sungai, aku melepaskan pandanganku ke sekeliling. Loket penjualan tiket busway yang berada di wilayah ini, seolah menyatu dengan komunitas sekitar. Entah siapa yang duluan ada. Loket tiket busway ataukah komunitas itu karena sekarang ini semuanya sudah saling berhubungan.

Ada area parkir motor dan mobil, ada pedagang asongan yang standby di sekitar jembatan busway, dan ada banyak lapak-lapak tempat tinggal yang kebanyakan hanya menggelar alas tidur saja tanpa atap. (Mungkin kalau membuat dinding dan atap kardus, area itu akan tampak sangat kumuh dan pasti akan segera dibongkar KAMTIB). Tetapi perlengkapan hidup mereka lumayan juga. Ada tempat memasak dan menyimpan pakaian. Serta adanya sumur-sumur yang dibuat di pinggir sungai itu.
Bagaimana tingkat kejernihan atau kelayakan air sungai itu? Akupun tidak tahu, tapi yang jelas aku pernah melihat aktifitas ibu-ibu yang mencuci pakaian, bahan makanan dan anak-anak yang sedang mandi ketika melintas di situ.

Yang lebih menarik dan membekas di kepalaku sampai sekarang adalah, aku pernah melihat seseorang yang sedang belajar dan bermain dengan anak-anak kolong jembatan itu. Sayangnya saat itu aku sedang terburu-buru sehingga tidak sempat berhenti untuk mencari tahu. Kamera HP-ku juga tidak cukup canggih untuk mengabadikan suasana saat itu.

Yang jelas aku melihat seorang laki-laki putih bersih, sekitar umur 30-an, berkacamata, memakai baju batik merah lengan panjang, bersepatu kulit warna hitam yang dibahunya tergantung megaphone. Dia berdiri di tengah dan dikelilingi anak-anak yang sedang bernyanyi. (Tidak jelas apakah laki-laki ini sendirian saja atau bersama seseorang atau rombongan, karena kulihat banyak juga yang menonton aktifitas ini). Kalau melihat jumlahnya, anak-anak itu lumayan banyak….., kurasa lebih dari 20 orang. Aku juga tidak tahu apakah mereka hanya anak-anak yang tinggal di kolong jembatan ini saja ataukah anak-anak jalanan dari sekitar tempat itu. Sayang benar tidak banyak informasiku tentang ini karena keterbatasanku. Maybe next time.

Tulisan ini adalah salah satu cerita yang sempat tertunda karena keterbatasan waktuku (salahkan saja terus si waktu ini), yang membuat memoriku selalu memutar gambar orang berbaju batik merah itu. Semoga setelah kutuangkan ke sini, bayangan orang berbatik merah itu tidak akan terus menghantuiku, walaupun sangat sedikit yang dapat kutulis….. hehehe…..


Bogor, 6 Agustus 2013