Kolong Jembatan Layang di Grogol.
Siapa yang pernah lewat situ? Yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya mungkin pernah
kan? Minimal naik mobil dan melintas di bawahnyalah…. Tapi mungkin tidak banyak
yang memperhatikan kalau sungai yang memisahkan dua lajur jalan raya itu airnya
hitam lehek-lethek kayak lumpur, kotor buanget-nget-nget-ngetssss…
Beberapa kali aku sempat
menapakkan kaki di area itu ketika aku turun dari busway untuk berburu
responden yang kebetulan tinggal di daerah itu, dan beberapa kali pula aku
sempat memperhatikan betapa kotornya air sungai itu.
Berbagai macam limbah menyatu di
sana dan membentuk ‘kelethekan’ itu, ffuuih!! (Aku belum menemukan padanan kata
‘kelethekan’ dalam Bahasa Indonesianya, jadi buat yang tidak mengerti artinya,
mohon maaf… hehehe…..). Kulihat permukaannya seolah tidak mengalir, entah di
bagian dalamnya yang aku belum pernah masuk menyelaminya dan tidak akan pernah
mau, tapi banyak gelembung-gelembung
kecil yang muncul ke permukaan dan tidak lama kemudian pecah.
Kucoba menggunakan kekuatan
sinar X dalam pandanganku (yang ternyata aku tidak punya) untuk mencoba
menembus apa yang ada didalam air sungai ini. Apakah ada organisme hidup yang
mampu bertahan di dalam situ? Kalau bukan organisme hidup, darimana pula
gelembung-gelembung itu muncul?
Puas memandangi air sungai, aku
melepaskan pandanganku ke sekeliling. Loket penjualan tiket busway yang berada
di wilayah ini, seolah menyatu dengan komunitas sekitar. Entah siapa yang
duluan ada. Loket tiket busway ataukah komunitas itu karena sekarang ini
semuanya sudah saling berhubungan.
Ada area parkir motor dan mobil,
ada pedagang asongan yang standby di sekitar jembatan busway, dan ada banyak
lapak-lapak tempat tinggal yang kebanyakan hanya menggelar alas tidur saja tanpa
atap. (Mungkin kalau membuat dinding dan atap kardus, area itu akan tampak
sangat kumuh dan pasti akan segera dibongkar KAMTIB). Tetapi perlengkapan hidup
mereka lumayan juga. Ada tempat memasak dan menyimpan pakaian. Serta adanya
sumur-sumur yang dibuat di pinggir sungai itu.
Bagaimana tingkat kejernihan atau
kelayakan air sungai itu? Akupun tidak tahu, tapi yang jelas aku pernah melihat
aktifitas ibu-ibu yang mencuci pakaian, bahan makanan dan anak-anak yang sedang
mandi ketika melintas di situ.
Yang lebih menarik dan membekas
di kepalaku sampai sekarang adalah, aku pernah melihat seseorang yang sedang
belajar dan bermain dengan anak-anak kolong jembatan itu. Sayangnya saat itu
aku sedang terburu-buru sehingga tidak sempat berhenti untuk mencari tahu.
Kamera HP-ku juga tidak cukup canggih untuk mengabadikan suasana saat itu.
Yang jelas aku melihat seorang
laki-laki putih bersih, sekitar umur 30-an, berkacamata, memakai baju batik
merah lengan panjang, bersepatu kulit warna hitam yang dibahunya tergantung
megaphone. Dia berdiri di tengah dan dikelilingi anak-anak yang sedang
bernyanyi. (Tidak jelas apakah laki-laki ini sendirian saja atau bersama
seseorang atau rombongan, karena kulihat banyak juga yang menonton aktifitas
ini). Kalau melihat jumlahnya, anak-anak itu lumayan banyak….., kurasa lebih
dari 20 orang. Aku juga tidak tahu apakah mereka hanya anak-anak yang tinggal
di kolong jembatan ini saja ataukah anak-anak jalanan dari sekitar tempat itu.
Sayang benar tidak banyak informasiku tentang ini karena keterbatasanku. Maybe
next time.
Tulisan ini adalah salah satu
cerita yang sempat tertunda karena keterbatasan waktuku (salahkan saja terus si
waktu ini), yang membuat memoriku selalu memutar gambar orang berbaju batik
merah itu. Semoga setelah kutuangkan ke sini, bayangan orang berbatik merah itu
tidak akan terus menghantuiku, walaupun sangat sedikit yang dapat kutulis…..
hehehe…..
Bogor, 6 Agustus 2013