Selasa, 09 April 2013

Tukang Tipu Yang Semakin Kreatif



Heran deh, otak encer bukannya diapakai mencari rejeki yang halal, tapi malah dikembangkan untuk mencari modus-modus baru dalam menipu.

Beberapa hari lalu, kudapati lagi lipatan kertas yang dilaminating rapi ukuran 3cmx5cm. Dulu sudah pernah kudapat benda seperti ini yang isi dalamnya adalah selembar surat pernyataan kecil berukuran 6cmx10cm yang dilipat dan menyatakan kalau aku menang undian dari sebuah produk Kopi (aku lupa kopi apa dulu itu), kemudian selembar kertas kecil lagi berupa surat keterangan dari kepolisian yang menyatakan kebenaran surat tersebut, dan selembar lagi dicetak di atas kertas foto yang bagus, produk yang mengeluarkan undian. Kali ini kubaca produk yang mengeluarkan adalah Teh Gelas.

Kalau melihat caranya selalu melempar kertas itu di depan pintu, berarti orangnya sering lewat rumahku dong. Artinya lagi, kelompok tukang tipu itu ada yang tinggal di sekitar rumahku juga kan? Waahhh…



Aku jadi ingat kalau tetangga sebelah rumahku juga pernah menemukan selembar amplop di sela-sela tanaman waktu dia sedang menyapu di taman depan rumah kami. Waktu itu isinya adalah perjanjian jual beli sebidang tanah dan Sertifikat tanah itu sendiri.
Tetanggaku sempat menelpon pemilik Surat itu (ada nomer hp yang bisa dihubungi di surat itu) karena kasihan kalau benar-benar Sertifikat itu asli dan hilang. Tetanggaku juga menanyakan alamat si pemilik surat supaya dapat mengirimkan surat itu secepatnya, tapi katanya nanti akan ada orang yang datang mengambil dan balas menanyakan alamat tetanggaku. Si pemilik surat juga minta nomor rekening tetanggaku karena akan mengirim sekedar tanda terimakasih, tapi minta tolong si pengambil suratnya nanti di kasih uang sekedarnya buat ongkos.
Nomor rekening sudah dikasih sama tetanggaku itu, tapi sampai sekarang tidak ada orang yang pernah mengambil surat-surat itu ke rumahnya dan tidak pernah pula ada transfer dana ucapan terima kasih ke rekeningnya.

Hehehe…., kurasa si penipunya ngeper sendiri ketika akan mendatangi rumah tetanggaku ini yang sehari-harinya ada puluhan laki-laki pekerja di rumah itu (karena kebetulan rumah tetanggaku ini adalah tempat hand made sepatu). Kalau misalnya dia dating dan mau minta macam-macam terus ketahuan kalau bohong, waahh…. Bisa-bisa babak belur dihajar orang banyak.

Yang kemarin kualami lain lagi ceritanya. Tiba-tiba ada telpon masuk ke nomor esiaku. Nomernya 02679057734. Kuangkat saja tanpa prasangka apapun.
Aku                        : Hallo?
Penelpon : Mbak, aku Ivan.
Aku                        : Ivan mana? Ada banyak nama Ivan yang kukenal…
Penelpon            : Ivan saudaramu mbak…
Aku                        : Ivan saudaraku yang mana?
Penelpon            : Yah mbak, Ivan. Memangnya ada berapa saudaramu yang namanya Ivan sih?
Kuingat-ingat lagi, sebetulnya tidak banyak nama Ivan yang kukenal. Saudaraku juga tidak ada yang namanya Ivan. Yang ada juga Irvan sepupuku dan Evan keponakanku yang masih SMP. Kalau Ivan, ada satu temanku yang kerja di BRI dan nggak mungkin manggil aku mbak serta kuhafal benar suaranya yang berat…. (seberat tubuhnya yang tinggi besar…. Hehehe…)
Aku                        : Ya deh, kamu Ivan saudaraku… terus kenapa?
Penelpon : Aku dari BNI mbak, habis ambil duit. Sekarang mau mampir ke rumahmu, tapi aku ditangkap Polisi di perempatan karena nggak bawa STNK.
Aku                        : Terus? (sambil mikir, di mana ada BNI ya? Seingatku nggak ada BNI dekat-dekat sini)
Penelpon            : Ya, aku sekarang nggak bisa jalan. Tolong bilang sama Pak Polisinya ya kalau STNK ku ketinggalan. Kalau enggak, aku bakalan ditahan nih.
Aku                        : Ditahan? Paling juga cuma semalam… (aku tertawa)
Penelpon            : Yah, dia ketawa. Bukan masalah semalemnya mbak, tapi kan males banget ditahan polisi. Tolong ya bilangin sama Pak Polisi kalau aku mau ke rumah mbak, tapi STNK ku ketinggalan.
Aku                        : Ya udah, mana Pak Polisinya…, eh, tapi polisinya cakep nggak?
Penelpon            : Bukan cakep lagi mbak, polisinya ganteng banget kayak artis sinetron…., namanya Pak Bambang.
Kemudian, diberikanlah hp itu pada (katanya) Pak Polisi.
Polisi                      : Hallo, selamat siang… (suaranya berat dan tampak dibuat berwibawa, maklum… kan Pak Polisi… hehehe…)
Aku                        : Ya, selamat siang. Ada apa Pak?
Polisi                      : Saya bicara dengan siapa?
Aku                        : Lho, koq bapak tanya saya… emang saudara saya nggak bilang siapa nama saya?
Polisi                      : Mana saya tahu, tadi dia kan cuma panggil mbak-mbak aja..
Aku                        : Ya, kalau begitu tolong bapak tanyakan dulu ke saudara saya tadi, dia sebetulnya sedang menelpon siapa?
Polisi                      : Ibu jangan main-main. Saya tidak butuh hal seperti ini, saya bisa langsung tahan saja saudara ibu ini.
Aku                        : Ya terserah pak, tahan saja. Kalau dia memang saudara saya, masak dia nggak tahu nama saya…., tolong kasih hp ini ke saudara saya tadi, saya mau ngomong…
Polisi                      : Ke Ivan?
Aku                        : Iya, ke orang yang tadi katanya saudara saya…
HP pun kembali ke tangan semula.
Penelpon            : Kenapa mbak? Tinggal bilang saja ke Polisinya kalau STNK ku ketinggalan.
Aku                        : Ngapain dia pake nanya namaku? Kamu saja yang bilang ke Pak Polisinya siapa namaku…
Penelpon            : Yah mbak… ribet banget sih. Aku bakalan ditahan nih… Ya sudahlah kalau nggak mau bantu.
Klik. Telpon ditutup. Hhhh….., aku menghela nafas panjang.

Aku kemudian membuka computer dan bertanya pada mbah google, kode 0267 itu dari daerah mana. Ternyata dari Kabupaten Karawang. Hehehe…., perempatan Karawang sebelah mana yang menuju ke rumahku? Apa nggak kurang jauh….. Habis berapa tuh tadi pulsanya kuajak ngobrol nggak jelas selama lebih dari seperempat jam…. Hehehe…



Bogor, 10 April 2013