Heran deh, otak encer bukannya
diapakai mencari rejeki yang halal, tapi malah dikembangkan untuk mencari
modus-modus baru dalam menipu.
Beberapa hari lalu, kudapati lagi
lipatan kertas yang dilaminating rapi ukuran 3cmx5cm. Dulu sudah pernah kudapat
benda seperti ini yang isi dalamnya adalah selembar surat pernyataan kecil
berukuran 6cmx10cm yang dilipat dan menyatakan kalau aku menang undian dari
sebuah produk Kopi (aku lupa kopi apa dulu itu), kemudian selembar kertas kecil
lagi berupa surat keterangan dari kepolisian yang menyatakan kebenaran surat
tersebut, dan selembar lagi dicetak di atas kertas foto yang bagus, produk yang
mengeluarkan undian. Kali ini kubaca produk yang mengeluarkan adalah Teh Gelas.
Kalau melihat caranya selalu
melempar kertas itu di depan pintu, berarti orangnya sering lewat rumahku dong.
Artinya lagi, kelompok tukang tipu itu ada yang tinggal di sekitar rumahku juga
kan? Waahhh…
Aku jadi ingat kalau tetangga
sebelah rumahku juga pernah menemukan selembar amplop di sela-sela tanaman
waktu dia sedang menyapu di taman depan rumah kami. Waktu itu isinya adalah
perjanjian jual beli sebidang tanah dan Sertifikat tanah itu sendiri.
Tetanggaku sempat menelpon
pemilik Surat itu (ada nomer hp yang bisa dihubungi di surat itu) karena
kasihan kalau benar-benar Sertifikat itu asli dan hilang. Tetanggaku juga
menanyakan alamat si pemilik surat supaya dapat mengirimkan surat itu
secepatnya, tapi katanya nanti akan ada orang yang datang mengambil dan balas
menanyakan alamat tetanggaku. Si pemilik surat juga minta nomor rekening
tetanggaku karena akan mengirim sekedar tanda terimakasih, tapi minta tolong si
pengambil suratnya nanti di kasih uang sekedarnya buat ongkos.
Nomor rekening sudah dikasih sama
tetanggaku itu, tapi sampai sekarang tidak ada orang yang pernah mengambil
surat-surat itu ke rumahnya dan tidak pernah pula ada transfer dana ucapan
terima kasih ke rekeningnya.
Hehehe…., kurasa si penipunya
ngeper sendiri ketika akan mendatangi rumah tetanggaku ini yang sehari-harinya
ada puluhan laki-laki pekerja di rumah itu (karena kebetulan rumah tetanggaku
ini adalah tempat hand made sepatu). Kalau misalnya dia dating dan mau minta
macam-macam terus ketahuan kalau bohong, waahh…. Bisa-bisa babak belur dihajar
orang banyak.
Yang kemarin kualami lain lagi
ceritanya. Tiba-tiba ada telpon masuk ke nomor esiaku. Nomernya 02679057734.
Kuangkat saja tanpa prasangka apapun.
Aku : Hallo?
Penelpon : Mbak, aku Ivan.
Aku : Ivan
mana? Ada banyak nama Ivan yang kukenal…
Penelpon : Ivan saudaramu mbak…
Aku : Ivan
saudaraku yang mana?
Penelpon : Yah mbak, Ivan. Memangnya ada berapa saudaramu yang
namanya Ivan sih?
Kuingat-ingat lagi, sebetulnya
tidak banyak nama Ivan yang kukenal. Saudaraku juga tidak ada yang namanya
Ivan. Yang ada juga Irvan sepupuku dan Evan keponakanku yang masih SMP. Kalau
Ivan, ada satu temanku yang kerja di BRI dan nggak mungkin manggil aku mbak
serta kuhafal benar suaranya yang berat…. (seberat tubuhnya yang tinggi besar….
Hehehe…)
Aku : Ya
deh, kamu Ivan saudaraku… terus kenapa?
Penelpon : Aku dari BNI mbak,
habis ambil duit. Sekarang mau mampir ke rumahmu, tapi aku ditangkap Polisi di
perempatan karena nggak bawa STNK.
Aku : Terus?
(sambil mikir, di mana ada BNI ya? Seingatku nggak ada BNI dekat-dekat sini)
Penelpon : Ya, aku sekarang nggak bisa jalan. Tolong bilang sama
Pak Polisinya ya kalau STNK ku ketinggalan. Kalau enggak, aku bakalan ditahan
nih.
Aku : Ditahan? Paling juga cuma semalam… (aku
tertawa)
Penelpon : Yah, dia ketawa. Bukan masalah semalemnya mbak, tapi
kan males banget ditahan polisi. Tolong ya bilangin sama Pak Polisi kalau aku
mau ke rumah mbak, tapi STNK ku ketinggalan.
Aku : Ya udah, mana Pak Polisinya…, eh, tapi
polisinya cakep nggak?
Penelpon : Bukan cakep lagi mbak, polisinya ganteng banget kayak
artis sinetron…., namanya Pak Bambang.
Kemudian, diberikanlah hp itu
pada (katanya) Pak Polisi.
Polisi : Hallo, selamat siang… (suaranya berat dan
tampak dibuat berwibawa, maklum… kan Pak Polisi… hehehe…)
Aku : Ya, selamat siang. Ada apa Pak?
Polisi : Saya bicara dengan siapa?
Aku : Lho, koq bapak tanya saya… emang saudara
saya nggak bilang siapa nama saya?
Polisi : Mana saya tahu, tadi dia kan cuma panggil
mbak-mbak aja..
Aku : Ya, kalau begitu tolong bapak tanyakan dulu
ke saudara saya tadi, dia sebetulnya sedang menelpon siapa?
Polisi : Ibu jangan main-main. Saya tidak butuh hal
seperti ini, saya bisa langsung tahan saja saudara ibu ini.
Aku : Ya terserah pak, tahan saja. Kalau dia
memang saudara saya, masak dia nggak tahu nama saya…., tolong kasih hp ini ke
saudara saya tadi, saya mau ngomong…
Polisi : Ke Ivan?
Aku : Iya, ke orang yang tadi katanya saudara
saya…
HP pun kembali ke tangan semula.
Penelpon : Kenapa mbak? Tinggal bilang saja ke Polisinya kalau STNK
ku ketinggalan.
Aku : Ngapain dia pake nanya namaku? Kamu saja
yang bilang ke Pak Polisinya siapa namaku…
Penelpon : Yah mbak… ribet banget sih. Aku bakalan ditahan nih… Ya
sudahlah kalau nggak mau bantu.
Klik. Telpon ditutup. Hhhh…..,
aku menghela nafas panjang.
Aku kemudian membuka computer dan
bertanya pada mbah google, kode 0267 itu dari daerah mana. Ternyata dari
Kabupaten Karawang. Hehehe…., perempatan Karawang sebelah mana yang menuju ke
rumahku? Apa nggak kurang jauh….. Habis berapa tuh tadi pulsanya kuajak ngobrol
nggak jelas selama lebih dari seperempat jam…. Hehehe…
Bogor, 10 April 2013