Selasa, 27 November 2012

Wanita Keren



Seseorang memintaku menulis dengan judul ‘Wanita Keren’ kalau aku akan menulis lagi. Terus terang permintaan yang agak berat, sebab semua juga pasti tahu kalau konotasi yang dimaksud dengan ‘Wanita Keren’ di sini pastilah bukan dalam hal penampilannya. Bukan karena tongkrongannya. Bukan pula dalam hal indah dipandang mata lahiriah. Pasti yang dimaksud adalah indah dipandang mata bathiniah.

Nah sekarang yang jadi masalah adalah aku belum menemukan obyek untuk bahan tulisanku itu. Sebab biasanya ideku untuk menulis kan spontan saja karena melihat sesuatu atau merasakan hal yang sempat menggelitik hatiku. Makanya aku jadi harus lebih teliti lagi dalam mengamati suasana di sekelilingku.

Tadi waktu aku berangkat kerja, aku sengaja naik Commuter Line supaya bisa mengamati banyak wanita di gerbong khusus wanita, mungkin bisa kudapatkan sesuatu yang dapat diolah menjadi tulisan dari  sana, pikirku.  Padahal biasanya kalau sedang tidak diburu waktu seperti hari ini, aku sering juga menunggu kereta ekonomi biar lebih irit.

Suasana kereta ketika aku naik masih agak lengang, jadi aku masih bisa mendapatkan tempat duduk dan menikmati kenyamanan berkereta api. Ini karena jalur rel dari Bogor sampai Bojonggede tempatku masih belum dapat dioperasikan, sehingga setiap naik kereta, kesempatan untuk mendapatkan tempat duduk masih lumayan besar. (Selalu ada nilai plus dari kejadian negative yang terjadi, selalu ada keuntungan dari pihak tertentu dari kerugian beberapa pihak yang lainnya. Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa).

Aku mulai mengamati setiap penumpang di gerbong wanita dengan seksama. Kuperhatikan mulai dari penampilannya sampai  tingkah lakunya selama di kereta. Penampilan mereka ternyata amat beragam, walaupun ternyata dari hasil pengamatanku, sebagian besar penumpang wanita yang berpergian ini  hampir seluruhnya memakai celana panjang  dengan setelan blouse/kemeja/kaos, dan lain-lain. Ada juga sih yang terlihat memakai rok, tapi dari sejauh mataku dapat menangkap para penumpang di sekitarku ini, setelah kuhitung, ternyata dari setiap sekitar empat  puluh orang lebih itu hanya satu yang memakai rok. Kalau alas kaki atau sepatu bertumit sih masih lumayan banyak, padahal kalau sekitar satu jam berdiri di kereta dengan alas kaki berhak tinggi begitu, apa kakinya tidak capek ya? Apa pembuluh darah di ujung kakinya tidak pecah karena harus menahan bobot tubuh yang lumayan beratnya itu ya?

Ada seorang wanita cantik dengan make up yang lengkap, rambut tersisir rapi,  dandanan busana yang juga rapi, serta sepatu berhak 7 cm yang elegan duduk di arah seberang tidak jauh dari tempatku. Kurasa untuk penampilan, boleh juga nih wanita ini masuk nominasiku. Usianya kurasa masih sekitar tiga puluh tahunan. Masih relative muda dan segar.

Tetapi, penilaianku terhadap wanita ini jadi berkurang ketika di sebuah Stasiun ada penumpang ibu-ibu yang menggendong anak kecil naik dan melintas di depan wanita tersebut tanpa coba ditawari tempat duduknya. Coba kalau wanita cantik itu berdiri dan menawarkan tempat duduknya pada ibu-ibu tadi, pastilah dia akan masuk dalam kategori ‘Wanita Keren’ itu, karena ternyata hatinya juga secantik wajahnya.

Gagal mendapatkan obyek di perjalanan berangkat, kucoba lagi untuk mencari di perjalanan pulangku dengan kereta Commuter Line juga. Di gerbong yang juga khusus untuk para wanita saja.

Suasana kereta sudah agak penuh, tapi tidak terlalu padat. Aku memutar pandanganku ke segala arah. Kulihat ada ibu-ibu yang sudah cukup umur duduk di lantai kereta bersandar di salah satu pintu kereta (yang sisi itu tidak akan terbuka sampai nanti kalau sudah tiba di Stasiun Depok Lama), dan di kursi kereta yang empuk duduklah dengan manisnya anak-anak gadis ataupun wanita-wanita yang umurnya jauh lebih muda dari si ibu. Mereka semua asyik dengan HP-nya masing-masing.

Aaah,….. coreeettttt!!! Semua wanita di gerbong wanita saat itu tidak ada lagi yang masuk dalam daftarku. Aku juga sengaja mengambil posisi berdiri di depan anak-anak gadis umur belasan tahun. Ingin tahu reaksi mereka kalau melihatku, ibu-ibu yang berdiri di depan mereka. Apakah mereka akan menawarkan tempat duduknya padaku?

Hehehe…, ternyata jawabnya adalah ‘tidak’. Ya, mereka tetap dengan asyiknya bergumul dengan HP-nya masing-masing, tidak perduli orang di sekitarnya. Malah yang sedang berdiripun tampaknya siap berebut denganku kalau  misalnya ada tempat duduk yang kososng di depanku,  hehehe…. Aku sempat juga melihat ulang penampilan diriku sendiri. Apakah penampilanku yang ‘beda’ ini membuat orang lain, khususnya anak muda tidak mau menawarkan tempat duduknya padaku yang pastilah seumuran dengan ibu mereka di rumah? Apakah aku yang salah dengan penampilan seperti ini?

Akhirnya sampai aku turun dari kereta, aku belum dapat juga tokoh ‘Wanita Keren’ untuk bahan tulisanku. Ya bagaimana lagi, biarlah ini akan kujadikan PR saja dulu. Semoga tidak lama lagi aku dapat menemukan tokoh, ide maupun sesuatu  tentang ‘Wanita Keren’ itu. Kan aku setiap hari akan selalu bertemu dengan banyak orang dengan berbagai karakter, masak dari sekian banyak yang kujumpai nanti tidak akan kutemukan sosok itu?


Bogor, 27 November 2012
(Buat Yang Pesan, sorry… belum dapat kupenuhi keinginanmu)