Seseorang memintaku menulis
dengan judul ‘Wanita Keren’ kalau aku akan menulis lagi. Terus terang
permintaan yang agak berat, sebab semua juga pasti tahu kalau konotasi yang
dimaksud dengan ‘Wanita Keren’ di sini pastilah bukan dalam hal penampilannya. Bukan
karena tongkrongannya. Bukan pula dalam hal indah dipandang mata lahiriah.
Pasti yang dimaksud adalah indah dipandang mata bathiniah.
Nah sekarang yang jadi masalah
adalah aku belum menemukan obyek untuk bahan tulisanku itu. Sebab biasanya
ideku untuk menulis kan spontan saja karena melihat sesuatu atau merasakan hal
yang sempat menggelitik hatiku. Makanya aku jadi harus lebih teliti lagi dalam
mengamati suasana di sekelilingku.
Tadi waktu aku berangkat kerja,
aku sengaja naik Commuter Line supaya bisa mengamati banyak wanita di gerbong
khusus wanita, mungkin bisa kudapatkan sesuatu yang dapat diolah menjadi
tulisan dari sana, pikirku. Padahal biasanya kalau sedang tidak diburu
waktu seperti hari ini, aku sering juga menunggu kereta ekonomi biar lebih
irit.
Suasana kereta ketika aku naik
masih agak lengang, jadi aku masih bisa mendapatkan tempat duduk dan menikmati
kenyamanan berkereta api. Ini karena jalur rel dari Bogor sampai Bojonggede
tempatku masih belum dapat dioperasikan, sehingga setiap naik kereta,
kesempatan untuk mendapatkan tempat duduk masih lumayan besar. (Selalu ada
nilai plus dari kejadian negative yang terjadi, selalu ada keuntungan dari
pihak tertentu dari kerugian beberapa pihak yang lainnya. Selalu ada hikmah di
balik setiap peristiwa).
Aku mulai mengamati setiap
penumpang di gerbong wanita dengan seksama. Kuperhatikan mulai dari
penampilannya sampai tingkah lakunya
selama di kereta. Penampilan mereka ternyata amat beragam, walaupun ternyata
dari hasil pengamatanku, sebagian besar penumpang wanita yang berpergian ini hampir seluruhnya memakai celana panjang dengan setelan blouse/kemeja/kaos, dan
lain-lain. Ada juga sih yang terlihat memakai rok, tapi dari sejauh mataku
dapat menangkap para penumpang di sekitarku ini, setelah kuhitung, ternyata dari
setiap sekitar empat puluh orang lebih
itu hanya satu yang memakai rok. Kalau alas kaki atau sepatu bertumit sih masih
lumayan banyak, padahal kalau sekitar satu jam berdiri di kereta dengan alas
kaki berhak tinggi begitu, apa kakinya tidak capek ya? Apa pembuluh darah di
ujung kakinya tidak pecah karena harus menahan bobot tubuh yang lumayan
beratnya itu ya?
Ada seorang wanita cantik dengan
make up yang lengkap, rambut tersisir rapi, dandanan busana yang juga rapi, serta sepatu
berhak 7 cm yang elegan duduk di arah seberang tidak jauh dari tempatku. Kurasa
untuk penampilan, boleh juga nih wanita ini masuk nominasiku. Usianya kurasa
masih sekitar tiga puluh tahunan. Masih relative muda dan segar.
Tetapi, penilaianku terhadap
wanita ini jadi berkurang ketika di sebuah Stasiun ada penumpang ibu-ibu yang
menggendong anak kecil naik dan melintas di depan wanita tersebut tanpa coba
ditawari tempat duduknya. Coba kalau wanita cantik itu berdiri dan menawarkan
tempat duduknya pada ibu-ibu tadi, pastilah dia akan masuk dalam kategori ‘Wanita
Keren’ itu, karena ternyata hatinya juga secantik wajahnya.
Gagal mendapatkan obyek di
perjalanan berangkat, kucoba lagi untuk mencari di perjalanan pulangku dengan
kereta Commuter Line juga. Di gerbong yang juga khusus untuk para wanita saja.
Suasana kereta sudah agak penuh,
tapi tidak terlalu padat. Aku memutar pandanganku ke segala arah. Kulihat ada
ibu-ibu yang sudah cukup umur duduk di lantai kereta bersandar di salah satu
pintu kereta (yang sisi itu tidak akan terbuka sampai nanti kalau sudah tiba di
Stasiun Depok Lama), dan di kursi kereta yang empuk duduklah dengan manisnya anak-anak
gadis ataupun wanita-wanita yang umurnya jauh lebih muda dari si ibu. Mereka
semua asyik dengan HP-nya masing-masing.
Aaah,….. coreeettttt!!! Semua
wanita di gerbong wanita saat itu tidak ada lagi yang masuk dalam daftarku. Aku
juga sengaja mengambil posisi berdiri di depan anak-anak gadis umur belasan
tahun. Ingin tahu reaksi mereka kalau melihatku, ibu-ibu yang berdiri di depan
mereka. Apakah mereka akan menawarkan tempat duduknya padaku?
Hehehe…, ternyata jawabnya adalah
‘tidak’. Ya, mereka tetap dengan asyiknya bergumul dengan HP-nya masing-masing,
tidak perduli orang di sekitarnya. Malah yang sedang berdiripun tampaknya siap
berebut denganku kalau misalnya ada
tempat duduk yang kososng di depanku, hehehe….
Aku sempat juga melihat ulang penampilan diriku sendiri. Apakah penampilanku
yang ‘beda’ ini membuat orang lain, khususnya anak muda tidak mau menawarkan
tempat duduknya padaku yang pastilah seumuran dengan ibu mereka di rumah?
Apakah aku yang salah dengan penampilan seperti ini?
Akhirnya sampai aku turun dari
kereta, aku belum dapat juga tokoh ‘Wanita Keren’ untuk bahan tulisanku. Ya
bagaimana lagi, biarlah ini akan kujadikan PR saja dulu. Semoga tidak lama lagi
aku dapat menemukan tokoh, ide maupun sesuatu tentang ‘Wanita Keren’ itu. Kan aku setiap
hari akan selalu bertemu dengan banyak orang dengan berbagai karakter, masak
dari sekian banyak yang kujumpai nanti tidak akan kutemukan sosok itu?
Bogor, 27 November 2012
(Buat Yang Pesan, sorry… belum
dapat kupenuhi keinginanmu)