Minggu, 16 Mei 2010

KESAN

Kemarin, tanggal 15 Mei 2010, ada pertemuan beberapa orang sesepuh Wanala yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya untuk mengkoordinasikan acara Temu Kangen yang akan diadakan nanti tanggal 22-23 Mei 2010 atas undangan mas Yoyok.

Acaranya katanya sih dimulai jam 11.00 pagi di TIS Square, tapi aku baru datang jam satu kurang, karena sebelum berangkat tuh, aku harus melakukan pergulatan bathin dulu….antara datang atau tidak. Kemudian, ketika aku memutuskan untuk datang, perjalanan ke Jakartapun harus kutempuh dengan penuh perjuangan…., dengan naik kereta ekonomi jurusan Bogor – Jakarta, dan menembus hujan yang ternyata rata mengguyur sepanjang perjalanan dari Bogor sampai Jakarta. (hahaha…. pas alinea ini, kalimatnya lebay abiiiizzzzzz….hahaha….)

Aku naik kereta ekonomi (yang tanpa AC), karena kalau yang Pakuan, keretanya tidak berhenti di setiap stasiun, termasuk Cawang sedangkan lokasi pertemuan kan di sekitar Cawang. Kalau nunggu yang ekonomi AC, keretanya baru akan ada sekitar satu jam lagi,….wah kelamaan…. Keburu yang lagi ngumpul pada bubaran.

Sebelum berangkat, aku tanya tetanggaku dulu… TIS Square itu dimana, dan aku harus naik apa dari Stasiun Cawang. Maklum, sejak pindah ke Bogor aku hampir tidak pernah kemana-mana, jadi tidak tau mana-mana…hehehe… (kata mas Wi, tauku cuma Cibinong doang…).

Pas masih di kereta mas Wi nelpon,”Sampai mana sekarang?” katanya.

“Masih di kereta mas…, kenapa? Udah mau bubaran ya…” tanyaku di sela-sela berisiknya suara kereta dan pengamen.

“Masih lama?” tanyanya.

“Ya masih mas, namanya aja kereta ekonomi…. Kenapa? Kalau memang udah mau bubaran, ya aku turun aja di stasiun depan terus balik pulang lagi…” kataku.

“Yo wis, gak apa-apa, kita masih sekitar satu jam lagi disini. Keretanya suruh cepetan!” katanya.

Begitu sampai Stasiun Cawang, aku lari-lari menerobos hujan kearah terowongan. Kata tetanggaku, naik bis no 46 dari depan Menara Saidah. Nggak terlalu jauh, nanti tinggal nyebrang lewat jembatan penyebrangan.

Sambil lari-lari diantara hujan, aku sms mas Wi dan bilang kalau sudah turun dari jembatan penyebrangan.

“Terus aja, gedung depanmu itu. Masuk lewat parkiran, nanti biar Ivan keluar….” Kata mas Wi.

Betul juga, begitu sampai di gerbangnya aja aku sudah kelihatan postur tubuh Ivan yang tinggi besar itu berdiri di depan pintu masuk HEMA.

“Aan, kamu masih tetap aja kayak dulu…” kata Ivan. Kita berjabat tangan erat. Untuk yang pertama kalinya kita ketemu lagi…., setelah sekian puluh tahun berlalu….

“Ayo masuk aja, ke sebelah kiri…” kata Ivan.

Akupun masuk,….dan melihat beberapa orang bapak-bapak yang duduk bersama mengelilingi satu meja…., ada ibu-ibunya satu orang. Aaaa….., kenapa aku janjian ketemu sama bapak-bapak???? (aku agak lupa, kalau aku juga sudah jadi ibu-ibu…. Hehehe….)

Aku menjabat tangan mereka satu-satu. Mas Joni, Mas Yoyok dan istrinya, Rudy, Mas Wi dan Ivan. Mas Joni, berkacamata kayak kakekku dan kalau mau main bola aku rasa sudah nggak perlu bawa bola lagi…… sudah ada di perutnya… hehehe… Mas Yoyok dan istrinya, karena sebelumnya aku nggak pernah ketemu, ya nggak bisa banyak komentar, tapi yang jelas mas Yoyok kalau ngomong jarang yang serius. Kebanyakan plesetan atau kebalikan semua, dengan kata lain… orangnya humoris. Dengan Rudy, aku juga baru sekarang ketemu. Dia diklat XIII, agak serius. (atau mungkin sungkan sama yang lain, soalnya dia paling muda…., jadi belum berani ngeluarin kartunya…hehehe…). Ivan, masih tetap seperti yang kukenal dulu…tubuh tinggi besar, polos dan baik hati. Mas Wi, aku sudah beberapa kali ketemu sebelum ini, jadi tidak terlalu mengejutkan lagi. Perbedaan menyolok terlihat pada mata dan perutnya. Kalau dulu kacamatanya tebel sekali…, sekarang nggak pake kacamata dan perut agak membuncit, biarpun nggak sebuncit mas Joni.

Nggak lama kemudian datang seorang lagi, ternyata namanya Aris, seangkatan sama Rudy. Katanya sih istrinya juga anak Wanala beberapa tingkat dibawahnya. Terus, ada lagi… namanya mbak Dolly. Tapi cuma mampir sebentar karena mau pergi lagi.

Agenda acara aku nggak tau, kan pas datang sudah telat banyak. Tapi dari kesepakatan sudah didapat, kalau keluarga boleh diajak. Asal daftar dulu ke mas Dwi. Soalnya mas Yoyok kan harus memperhitungkan dan menyiapkan logistiknya.

Rencana, hari sabtu tanggal 22 Mei 2010, semua yang ikut ngumpul dulu di Belanova Sentul jam 15.00 wib, nanti sekitar jam 16.00 wib, kita bareng mas Yoyok sama-sama menuju lokasi acara yang katanya masih sekitar 15 km lagi dari situ. Kata mas Wi, adik-adik Wanala yang saat ini masih aktif, akan mengirim dua orang wakilnya dari Surabaya. Kenapa cuma dua orang ya? Aku lupa tanya sama mas Wi…

Pulangnya, aku di drop di Stasiun Cawang sama Ivan dan Rudy (sebagai penunjuk jalan, karena ternyata tempat tinggal Rudy nggak jauh dari situ). Yang ternyata, pas banget ada kereta ekonomi ke Bogor yang akan masuk…., jadi aku bisa langsung naik.

Hujan yang terus turun, benar-benar menemani aku membelah kota Jakarta di hari ini, hehehe…. (sekarang, batinku juga bergulat lagi…. Antara mau ikutan acara minggu depan itu atau enggak…. Oooohhhhhh……., aku bingung, help me!........)

Bogor, 16 Mei 2010