Kapan ya aku terakhir kali
dibonceng naik sepeda onthel? Rasanya sudah lama sekali. Dulu waktu SMP aku
pernah diantar pulang dari sekolah oleh seorang teman karena aku ngambek pada
seorang temanku yang lain yang sudah menyebabkan sepatuku masuk ke air. Waktu
itu aku bawa sepeda sendiri, tapi karena sepatuku basah kuyup, makanya oleh
temanku itu aku dibonceng pulang.
Waktu SMA aku sudah tidak punya
sepeda lagi dan kemana-mana nyaris selalu naik motor. Waktu kuliah apalagi.
Tapi, waktu sedang jalan-jalan ke Nusa Tenggara Barat, sepertinya aku pernah
dibonceng sepeda muterin halaman rumah dinas kabupaten Bima oleh anaknya Bapak
Bupati waktu itu. Jadi kurasa saat itulah aku terakhir kali dibonceng naik
sepeda. (Kalau naik sepeda sendiri sih masih sering, pakai sepeda anakku buat
beli sate atau ke Indomart dekat rumah)
Nah, beberapa hari lalu kan aku
harus menemui seseorang di Lindeteves Trade Centre. Dari rumah aku naik kereta
ke Stasiun Kota, berdiri full dari ujung ke ujung karena memang jam orang
kerja, dan aku naik di gerbong wanita yang toleransi antar sesama wanita agak
kurang kecuali pada nenek-nenek atau orang hamil. Kaki pegel dan gerah, AC
ataupun Fan nggak mempan lagi saking padatnya penumpang.
Dari Stasiun Kota ke LTC ini
ebetulnya tidak terlalu jauh dan ada angkot yang lewat tepat di depannya. Tapi
aku ingin merasakan sensasi yang lain, sensasi naik ojek sepeda. Mumpung lagi
jalan sendiri, jadi bisa melakukan apapun sesuka hatiku. Kalau sedang jalan
dengan orang lain, mana mungkin temanku mau kuajak naik ojek sepeda. Yang ada
aku malah diomelin dan dikatain macam-macam… hehehe…
So, ketika keluar dari Stasiun
dan ada Tukang Ojek Sepeda yang nawarin aku, langsung saja deh kusambut tawaran
itu dengan hangat (nego tarif dulu tentunya…). Memang harganya lebih mahal
empat kali lipat dibanding naik angkot, tapi ini kan pakai tenaga manusia dan
sensasinya itu lho….., tidak akan sama lagi bila aku kelak akan naik ojek
sepeda ini untuk yang ke dua, ke tiga atau ke empat kalinya…..
Menyusuri suasana Jakarta Kota di
pagi hari, di saat kendaraan belum terlalu padat dan matahari belumlah
menyengat ternyata membawaku seolah terbang ke awan. Membayangkan dibonceng
oleh Galih Rakasiwi dan aku adalah Ratna…..wow…., aku begitu menikmati hembusan
angin yang menerbangkan rambutku. Nyaman sekali….,lepas sudah beban dunia……
hehehe, lebay.com.
Sepeda yang dipakai sebagai ojek di
daerah Stasiun Kota ini semua adalah sepeda kuno, sepeda jaman kakekku dulu
yang bodynya tinggi-tinggi. Hanya saja, boncengannya diberi spons supaya
penumpang tidak terasa sakit ketika duduk di boncengan aslinya yang hanya
terdiri dari besi. Ada sedia payung juga yang mungkin untuk mengantisipasi
hujan atau mungkin bila panas terlalu menyengat. Yang jelas, para bapak Tukang
Ojek Sepeda ini pasti berusaha membuat nyaman penumpangnya.
Ketika besoknya aku bercerita
pada temanku kalau aku naik ojek sepeda ketika pergi ke LTC, apa jawabnya?
“Lu gila sih…, kalau gua kan
malu..” katanya.
“Pakai gelang juga segitu banyak,
kalau gua kan mikir…., nggak pede….” katanya lagi. Hahahaha……..
Tampaknya kalau sering dibiarkan
sendirian, naluri gilaku bisa muncul lagi sedikit demi sedikit. Dulu yang
sempat teredam lama, kemungkinan akan kembali muncul ke permukaan… hehehe….
(Kira-kira berbahaya nggak ya, sebab katanya kan sedikit demi sedikit akhirnya
menjadi bukit. Kalau naluri gilaku membukit, gimana dong…)
Bogor, 4 November 2012