Minggu, 23 Oktober 2011

Duniaku Kacau Balau

“PLN goblok!!”

“Dasar, PLN kurang ajar!!”

“Bener, PLN geblek!!”

“Nggak usah dibayar aja…”

“Mana bisa, kalau telat bayar aja yang ada juga kita langsung diputus…!”

Kalimat-kalimat di atas itu adalah serentetan kalimat mutiara yang keluar dari sekelompok ibu-ibu tetanggaku pagi tadi yang kudengar begitu aku keluar dari rumah.

Memang bener sih, PLN ngeselin banget. Bayangin aja, tanpa pengumuman, tanpa geledek atau petir yang mengiringi… (memang sempat gerimis sih, tapi nggak lama dan nggak ada geluduk, guntur ataupun petir) , tiba-tiba aja semalam mati lampu kira-kira dari jam setengah delapan malam sampai setengah delapan pagi ini. Dua belas jam. Gila kan?!

Aku baru masukin air ke mesin cuci, baru dapat setengah dan berniat mencuci baju ketika tiba-tiba saja kegelapan menyelimuti. Orang-orang yang lagi pada ngenet di tempatkupun jadi pada udahan…. (rugi deh…). Es batu di kulkas buat jualan es juga pasti ikutan mencair lagi.

Kupikir nggak lama tuh matinya, kayak biasanya… kalau nggak ada pengumuman ya paling lama cuma satu jam, jadi nanti kalau sudah nyala baru nerusin nyuci. Soalnya aku kan nyucinya seminggu sekali, dengan kata lain malam ini aku harus nyuci karena baju seragam anak-anak juga belum pada dicuci, padahal besok pagi kan mereka harus sekolah.

Ternyataaaaaaaa…………………………………………………., listriknya nggak kunjung menyala sampai aku ngantuk dan tertidur, kemudian terbangun lagi ketika adzan subuh terdengar. Wah, sudah nyala pikirku. Tapi aku salah, ternyata lampunya masih mati. (Masjid sih punya diesel, jadi adzan masih bisa terdengar).

Gimana ini, baju anak-anak belum dicuci. Yang lama, harus bongkar lemari dulu deh padahal lampunya mati, mana kelihatan dan pasti lecek banget. Baju atasan kakak yang kubeli beberapa saat sebelum lampu mati semalam juga masih lecek lipatan toko. Diapain dong ini? Coba seandainya aku punya setrikaan jaman dulu yang dalamnya diisi arang tuh.

Tiba-tiba aku teringat film Boboho di TV yang ditonton anakku beberapa waktu yang lalu. Saat itu baju Boboho basah kuyup, terus sama si paman digosok pakai panci bergagang panjang yang diisi air mendidih yang terus-terusan ditaruh di atas kompor (maksudnya pasti supaya airnya mendidih terus gitu…)

Hehehe…, good idea! Coba kupraktekkan ide itu, pikirku sambil menyalakan kompor dan memasak air di panci bergagang panjang. Kemudian menyiapkan alas gosokan dan baju si kakak.

Setelah air mendidih, kucoba menghaluskan lengan baju dengan jalan kutiban pake panci berisi air mendidih itu. Kuangkat pancinya, kupinggirkan….., koq masih lecek? Kupanasi lagi airnya, mungkin nibannya kurang lama, pikirku. Kucoba lagi meletakkan panci itu dengan waktu yang lebih lama, terus kulihat hasilnya….., ternyata tetap lecek! Kenapa bajunya nggak mau licin ya? Padahal di TV tempo hari bisa tuh…..

Akhirnya aku menyerah. Ide itu ternyata gagal buatku. Akupun membangunkan anakku dan bertanya apa dia mau ke sekolah pakai baju yang belum disetrika? Sudah tentu jawabnya tidak mau, padahal si kakak hari ini harusnya jadi dirigent di upacara sekolah.

Yah, mau gimana lagi dong. Listriknya belum juga nyala dan aku juga sudah mencoba cara lain yang terlintas di benakku yang ternyata gagal. Jadi bukannya aku nggak berusaha lho…..

Listrik, salah satu tekhnologi utama tempat kita menggantungkan hidup saat ini. Betul-betul tergantung! Coba saja ditelusuri satu-satu. Aku mencuci baju pakai mesin cuci yang mengoperasikannya harus pakai listrik. Air yang akan kupakai mencuci baju itu disedot dari sumur bor sedalam 28 meter pakai pompa air yang pakai listrik karena aku nggak punya tendon air. Setelah dicuci, kering, setrika juga pakai setrikaan listrik.

Aku jualan es yang harus dicampur es batu yang dibekukan kulkas bertenaga listrik dan blendernya juga pakai listrik. Aku juga membuka usaha warnet yang PCnya pakai listrik. Memasak nasi juga pakai rice cooker yang dicolokin ke listrik. HPku juga jadi mati karena kemarin lupa di charge, sedang malamnya lampu mati dan nggak ada listrik.

Kalau lagi bengong, nonton drama korea sampai melihat kecelakaan tragis Simoncelly di TV juga pakai listrik. Aku ngetik sekarang juga pakai PC yang nyambung ke listrik.

Coba, apa ya yang kulakukan sehari-hari tanpa listrik? Tidur mungkin? Tidak juga…, aku tidak bisa tidur kalau tidak ada kipas angin. Sebab bagiku kipas angin ini dwifungsi, yaitu sebagai pembantu pergantian sirkulasi udara (ngipasin maksudnya), dan sebagai pengusir nyamuk.

Ini harus pakai listrik, itu juga harus pakai listrik. Pokoknya hampir semua alat bantu hidup harus pakai listrik. Kenapa sih sekarang kita harus terjebak dalam situasi seperti ini, tergantung hidup pada listrik? Seandainya kita masih hidup seperti masyarakat di pedalaman, seperti masyarakat baduy dalam misalnya. Hidup damai bersahabat dengan alam. Tapi apakah kita mau?

Kalau hanya untuk sekedar berganti suasana dari kejenuhan sehari-hari dan mencoba mengalaminya selama beberapa hari sih mungkin oke-oke saja. Tapi jika dalam kurun waktu yang panjang (atau malah selamanya), pasti jawabannya ‘nggak janji deh…!!’

Jawaban itu tidak boleh dilarang, sebab memang sudah suratan, kalau sesuatu hal yang menyenangkan/memudahkan/mengenakkan dan lain sebangsanya itu adalah hal yang amat mudah untuk diadaptasi dan diamalkan dalam hidup sehari-hari. Sedangkan untuk kebalikannya, yaitu hal yang tidak menyenangkan/sulit/tidak enak dan lain sejenisnya itu adalah hal yang agak sulit untuk diterima, apalagi diamalkan dalam hidup sehari-hari…. Betul kan?

Yah, intinya aku menulis ini semua adalah menceritakan hidupku yang kacau karena lampu mati semalaman. Pagiku jadi acak adul nggak karuan dan perasaan galau yang menyiksa karena anakku minta aku sms wali kelasnya untuk minta ijin hari ini nggak bisa masuk sekolah karena lampu mati dari semalam yang mengakibatkan baju belum dicuci, belum disetrika dan tidak ada air buat mandi.

Sampai saat menulis ini, aku belum sms wali kelas anakku, karena masih juga sibuk berpikir apakah alasan ijin tidak masuk yang akan kukemukakan itu bukan alasan konyol… (atau amat konyol?). Kira-kira apa nanti pikiran atau komentar wali kelas anakku kalau aku mengirimkan sms itu?

(Oh, ya… saat aku menulis ini, sempat terlintas di benakku yaitu bila baju atasan anakku yang tadi mau kusetrika pakai panci itu dibasahi dulu, mungkin ide di film Boboho itu akan berhasil….., mungkinkah?!)

Bogor, 24 Oktober 2011