Minggu, 16 Februari 2014

Galau Nih!



Memang Ibu Kota sama sekali bukanlah kota yang ramah, tetapi geliat dan langkah kakiku sudah seirama dengat ritmenya. Kehidupan yang keras tiap harinya demi sesuap nasi, itu adalah clue-nya. Setiap bagian dari ujung kaki sampai ubun-ubun, mulai dari sudut hati sampai bilik-bilik otak, semua aktif bersinergi. Walaupun terkadang aku terjerembab di sela langkahku, tapi aku sudah terlalu lama terbiasa dengan kondisi ini dan setengah usiaku sudah kulalui dengan meminum air serta menjejak buminya.
Bahkan akupun seolah menjadi orang asing di Kota Kelahiranku sendiri, Surabaya. Kota di mana aku dilahirkan dan memulai setengah perjalanan hidupku. Kotaku ini seolah enggan menerimaku kembali.

Ketika dalam suatu keadaan aku harus kembali menjejakkan kaki di Kota Kelahiran ini, aku jadi ragu melangkah. Aku hanya menoleh ke kanan dan kekiri mengawasi situasi yang sudah amat sangat berbeda.  Bumi seolah mencengkeram erat kedua kakiku, tak rela melepaskan aku melangkah.

Aku harus bagaimana?
Begitu asingkah aku di Kota ini? Tidakkah aku dapat diterima kembali? Tidak adakah lagi ruang bagiku?

Aduh,….. aku galau!! (kata bahasa anak muda sekarang)
Mungkin aku memang belum siap untuk melangkah di Kota Kelahiranku ini lagi, mungkin aku harus kembali dulu ke Ibu Kota dan berdamai dengan hatiku supaya aku ikhlas untuk meninggalkannya.

Baiklah Ibu Kota, aku akan kembali ke pelukanmu dan menikmati kembali belaianmu sebelum aku melepasmu untuk menerima pelukan Kota Kelahiranku nanti.
Untuk Kotaku, tunggulah sejenak, aku akan segera datang padamu dan mulai mencumbumu…..




Surabaya, 16 Februari 2013
(Memutuskan ketika otak sudah amat sangat butek!)