Minggu, 13 Oktober 2013

Oleh-oleh



Kemarin sore sekitar jam lima, aku ke rumah salah seorang tetanggaku untuk urusan kerjaan (untuk kujadiin responden), ternyata dianya lagi tidur.
“Mama masih tidur…” kata anaknya.
“Oh, masih tidur ya…, barusan tidurnya?” tanyaku.
“Siapaaaa? Mau ngapain?” sebuah suara dari dalam kamar.
“Tuh, mama sudah bangun….” kata anaknya.
Dari pintu kamar keluarlah tetanggaku tadi dengan mata masih setengah terpejam dan rambut acak adul.
“Aduuuh, sorry ngeganggu….., lagi tidur ya…..” kataku.
“Aku baru pulang dari Bali, tadi naik pesawat jam delapan, jadinya aku musti bangun dari jam tiga pagi…, ngantuk banget, tuh masih acak-acakan….” katanya sambil menunjuk hamparan kaos-kaos dan celana pendek khas Bali yang tersebar di kursi, “Aku ke kamar mandi dulu ya…” sambungnya.

Keluar dari kamar mandi dia membuka kotak Pie Susu khas Bali dan Keripik Pisang yang kemudian disuguhkan ke aku.
“Nih, coba pie-nya…., sambil ngopi ya…, aku pingin ngopi nih…” katanya. Aku mengangguk saja, walaupun sebetulnya ngopi ini bukanlah kebiasaanku. Aku nurut saja buat penebus rasa bersalah karena mengganggu  waktu istirahatnya…., hehehe… (Setelah berbasa-basi sejenak, baru deh aku memulai wawancara yang berlangsung cukup lama karena sambil ngobrol….)

Hamparan kaos-kaos dan celana yang dibawa tetanggaku tadi sudah dipasang-pasangkan, katanya satu pasang untuk suaminya, dua pasang untuk dua putrinya, satu pasang lagi untuk anak lelakinya, dan ada sandal buat pembantunya, serta kue-kue yang disuguhkan padaku tadi.
Semua itu namanya oleh-oleh, yang dalam pengertian luasnya (menurutku lho ya….) adalah bentuk kasih sayang supaya mereka ikut merasakan apa yang kita alami.
Menurutku juga nih, Oleh-oleh, buah tangan, atau apapun itu namanya sepertinya sudah masuk dalam budaya kita sebagai orang Indonesia selain keramah-tamahan yang kita miliki. Buktinya di mana-mana selalu ada tempat untuk menjual berbagai macam benda dan makanan untuk oleh-oleh, iya kan?!
Malah waktu aku kecil dulu ada lagu dalam bahasa jawa yang syairnya aku lupa pastinya, tapi sepertinya ini kalimat seorang kakak pada adiknya : ”…… Aku nderek ibu, tindak menyang pasar, ……..……. ora pareng rewel orang pareng nakal, mengko ibu rawuh, mundut oleh-oleh…., kacang karo roti…., adik diparingi….
(Catatan: syair bahasa jawa kudapat dari hasil kolaborasi ingatan dengan seseorang yang barusan ku SMS, walaupun tidak sempurna kurang lebih ya seperti itulah…. Hehehe….)
Dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih artinya….. “….. Aku ikut ibu, pergi ke pasar, ……. tidak boleh rewel tidak boleh nakal, nanti kalau ibu pulang, beli oleh-oleh…., kacang dan roti…, nanti adik dibagi……”

Mau diminta atau tidak, kalau kita bepergian…, pasti ingatan kita akan pada ‘oleh-oleh apa ya nanti buat si A, buat si B, dan seterusnya…..’ 
Hayooo…, bener nggak sih?

Sebetulnya pemikiran ini sudah lama mengendap dalam pikiranku, sejak beberapa tahun yang lalu, ada seorang tetanggaku (sekarang sudah pindah ke Bintaro), yang pada saat itu juga baru pulang dari Bali.
“Nih, oleh-olehmu…, yang lain kubawain dompet aja…” katanya sambil memberiku celana panjang gombrang warna hitam yang kalau dipakainya cuma diikat-ikat saja, tidak pakai resleting. Katanya waktu itu kalau nggak salah adalah hasil tembakan dari rancangan desainer cowok anaknya pemain sinetron (aku lupa namanya) tapi cantik dan mukanya mirip sama Dian Sastro.
“Orang Indonesia ini ya gini ini, pergi bawa satu koper, pulangnya bawa tiga koper…. Otak mau refreshing juga ga bisa seratus persen, sebab sekian persen mikirin nanti harus beli oleh-oleh buat si A si B…. “ katanya. Bener juga, pikirku waktu itu dan waktu sekarang….., sampai sekarang maksudnya…. Hehehe….

Aku juga ingat, ada seorang temanku yang oleh-olehnya itu sampai harus dipaketin karena ga bisa bawa. Budaya yang indah, karena mempererat tali silaturahmi dan kekeluargaan, dan membahagiakan juga bagi yang memberi, walaupun mungkin agak menyakiti si dompet kalau dana yang ada terbatas…., hihihi….





Bogor, 14 Oktober 2013
Satu hari sebelum Hari Raya Qurban, dan makasih buat yang lagi ngudang sapi (sampai harus berhenti di pinggir jalan karena tiba-tiba teringat syair lagu jawa yang kutanyakan tadi…. Hehehe….).