Ingat nggak, waktu masih kecil
dulu? Apa ada yang punya teman khayalan waktu bermain sendiri? Kalau aku sih,
seingatku nih…. Nggak punya! Ya, seingatku sih aku nggak pernah punya teman
khayalan karena aku selalu bermain dengan teman-teman yang nyata, anak manusia
beneran. Apalagi adik-adikku berendeng dengan usia yang tidak terpaut jauh,
jadi aku tidak pernah bermain sendiri.
Tetanggaku bercerita kalau
cucunya punya teman khayalan di rumahnya sana, dan kalau sedang berkunjung ke
neneknya (tetanggaku), dia selalu bilang kalau biasanya suka main dengan
temannya yang namanya Iki.
Seringkali ketika siang hari
pengasuhnya akan menutup pintu karena udara mulai panas, cucu tetanggaku ini
melarangnya.
“Jangan ditutup pintunya Mak, itu
ada Iki lagi main di teras…” katanya. Padahal si Emak sama sekali tidak melihat
siapapun di teras.
Atau terkadang ketika sedang main
mobil-mobilan sendiri, cucu tetanggaku ini seolah main dengan seseorang.
“Iki, kamu jangan pakai mobil
yang itu, yang ini aja. Aku pakai yang itu. Rumahmu di sana, rumahku di sini…”
katanya sambil bermain.
Tempohari (karena urusan
pekerjaan), akhirnya aku sampai juga di rumah anak tetanggaku itu. Setelah beberapa
kali salah masuk gang barulah ketemu rumahnya. Maklum, dulu aku cuma pernah
sekali ke mari waktu cucunya ini baru lahir.
Ternyata rumahnya tiga rumah dari
ujung jalan yang buntu setelah sebelumnya sempat melewati beberapa rumah kosong
yang dalam kondisi rusak karena tidak terpelihara.
Ternyata lagi, di ujung jalan
yang buntu itu ada rerimbunan pohon bamboo, sisa-sisa hutan bamboo yang
tertinggal karena yang lain mungkin sudah tertebang habis untuk membangun
perumahan ini. Perhatianku sempat
tersedot ke arah rerimbunan pohon bamboo itu karena seolah aku menangkap nuansa
yang lain di sana…. (weee, jadi kayak paranormal aja nih gayaku…. Hehehe…). Di
belakang rerimbunan pohon bamboo itu adalah tanah kosong yang disambung dengan
sebuah setu kecil. Menurut bacaan yang pernah kubaca, tempat-tempat seperti
inilah yang jadi tempat kesukaan makhluk halus. Ya, tepat benar untuk alasan kemunculan
‘sosok Iki’ yang selalu bermain bersama cucu tetanggaku itu.
Teman khayalan cucu tetanggaku
itu pastilah bukan sekedar teman khayalan belaka. Cucu tetanggaku itu pasti
memang punya teman main yang hanya tampak olehnya saja dan tidak dapat dilihat
oleh orang lain karena dia dari jenis jin yang memang tidak tampak oleh
kebanyakan orang (yang telah besar dan dewasa). Sosok itu hanya dapat dilihat
anak-anak kecil yang belum dapat mendeskripsikan dengan jelas seperti apa
sebenarnya dia.
Buktinya, akhir-akhir ini cucu
tetanggaku itu sudah tidak tampak berbicara dengan temannya kalau sedang
bermain sendiri.
“Koq, main sendiri? Iki-nya mana?”
tanya pengasuhnya.
“Tau tuh, Iki sudah nggak pernah datang
lagi. Mungkin dia pindah atau capek, jadi ya biarin aja deh dia istirahat…”
begitu jawabnya. Ini karena cucu tetanggaku ini sekarang sudah berumur empat
tahun dan mulai sekolah. Sudah mulai besar dan dapat bercerita dengan lancar.
Kalau anakku dulu, kurasa dia
juga tidak punya teman khayalan waktu bermain sendiri. Tetapi tiap bermain dia
selalu heboh seperti dalang yang berbicara sendiri dengan merangkap peran
menjalankan beberapa karakter sekaligus karena ternyata daya imajinasinya sudah
kuat sejak kecil. (sudah pernah juga kuperkuat dengan bertanya, apakah dia
sedang bermain dengan seseorang, dan jawabnya adalah tidak).
Biasanya anakku merubah suaranya
menjadi beberapa gaya kalau sedang bermain. Misalnya kalau yang sedang
berbicara seorang polisi, ya dia akan bersuara berat. Kalau seorang anak kecil,
ya suaranya jadi mengecil…., seperti itu.
Aku jadi ingat, suatu ketika dia
sedang bermain dengan temannya (cewek), dan temannya itu ngambek mau pulang
karena tidak diturutin maunya.
“Ya udah, pulang aja sana…” kata
anakku. Gadis kecil itupun pelan-pelan berdiri dan berjalan ke arah pintu
pagar.
Tiba-tiba anakku mulai berbicara
dengan suara agak kencang,”Kamu mau kemana sih komodo? Aku boleh ikut dong?”
“Aku mau main sepeda…, ayolah
kalau kamu mau ikut…” kata anakku dengan suara beda untuk menimpali suaranya
pertama, “Nanti kalau di jalan kita ketemu anak kucing, kita bawa pulang…”
Akhirnya gadis kecil tadi
terhenti langkahnya mendengar anakku ngomong sendiri. Dia berdiri saja di pintu
pagar. Dalam hatinya pasti tertarik mendengar anakku mendalang, tapi terlanjur
tadi bilang mau pulang.
Sekian menit berlalu, gadis kecil
itu masih nempel di pintu pagar rumahku dan anakku cuek aja, maka kupanggil
namanya.
“Apa mie?” tanya anakku. Aku
tidak menjawab tapi member isyarat padanya supaya mengajak kembali gadis kecil
itu untuk main bersama.
“Kamu mau main lagi? Sini masuk…”
panggil anakku. Tanpa diulang dua kali, gadis kecil itupun langsung duduk
kembali dengan tersenyum malu….. hehehe, namanya juga anak-anak.
Oke, ngomongin soal teman khayalannya udahan dulu
ya…., lain kali kita sambung lagi dengan topic lainnya…. Ciaooo!!
Bogor, 12 Mei
2013
(sambil dengerin lagu ‘you are-nya
dolly parton’ yang enak bangetzzzz…..)