Sabtu, 11 Mei 2013

Teman Khayalan



Ingat nggak, waktu masih kecil dulu? Apa ada yang punya teman khayalan waktu bermain sendiri? Kalau aku sih, seingatku nih…. Nggak punya! Ya, seingatku sih aku nggak pernah punya teman khayalan karena aku selalu bermain dengan teman-teman yang nyata, anak manusia beneran. Apalagi adik-adikku berendeng dengan usia yang tidak terpaut jauh, jadi aku tidak pernah bermain sendiri.

Tetanggaku bercerita kalau cucunya punya teman khayalan di rumahnya sana, dan kalau sedang berkunjung ke neneknya (tetanggaku), dia selalu bilang kalau biasanya suka main dengan temannya yang namanya Iki.
Seringkali ketika siang hari pengasuhnya akan menutup pintu karena udara mulai panas, cucu tetanggaku ini melarangnya.
“Jangan ditutup pintunya Mak, itu ada Iki lagi main di teras…” katanya. Padahal si Emak sama sekali tidak melihat siapapun di teras.
Atau terkadang ketika sedang main mobil-mobilan sendiri, cucu tetanggaku ini seolah main dengan seseorang.
“Iki, kamu jangan pakai mobil yang itu, yang ini aja. Aku pakai yang itu. Rumahmu di sana, rumahku di sini…” katanya sambil bermain.

Tempohari (karena urusan pekerjaan), akhirnya aku sampai juga di rumah anak tetanggaku itu. Setelah beberapa kali salah masuk gang barulah ketemu rumahnya. Maklum, dulu aku cuma pernah sekali ke mari waktu cucunya ini baru lahir.
Ternyata rumahnya tiga rumah dari ujung jalan yang buntu setelah sebelumnya sempat melewati beberapa rumah kosong yang dalam kondisi rusak karena tidak terpelihara.
Ternyata lagi, di ujung jalan yang buntu itu ada rerimbunan pohon bamboo, sisa-sisa hutan bamboo yang tertinggal karena yang lain mungkin sudah tertebang habis untuk membangun perumahan ini.  Perhatianku sempat tersedot ke arah rerimbunan pohon bamboo itu karena seolah aku menangkap nuansa yang lain di sana…. (weee, jadi kayak paranormal aja nih gayaku…. Hehehe…). Di belakang rerimbunan pohon bamboo itu adalah tanah kosong yang disambung dengan sebuah setu kecil. Menurut bacaan yang pernah kubaca, tempat-tempat seperti inilah yang jadi tempat kesukaan makhluk halus. Ya, tepat benar untuk alasan kemunculan ‘sosok Iki’ yang selalu bermain bersama cucu tetanggaku itu.

Teman khayalan cucu tetanggaku itu pastilah bukan sekedar teman khayalan belaka. Cucu tetanggaku itu pasti memang punya teman main yang hanya tampak olehnya saja dan tidak dapat dilihat oleh orang lain karena dia dari jenis jin yang memang tidak tampak oleh kebanyakan orang (yang telah besar dan dewasa). Sosok itu hanya dapat dilihat anak-anak kecil yang belum dapat mendeskripsikan dengan jelas seperti apa sebenarnya dia.

Buktinya, akhir-akhir ini cucu tetanggaku itu sudah tidak tampak berbicara dengan temannya kalau sedang bermain sendiri.
“Koq, main sendiri? Iki-nya mana?” tanya pengasuhnya.
“Tau tuh, Iki sudah nggak pernah datang lagi. Mungkin dia pindah atau capek, jadi ya biarin aja deh dia istirahat…” begitu jawabnya. Ini karena cucu tetanggaku ini sekarang sudah berumur empat tahun dan mulai sekolah. Sudah mulai besar dan dapat bercerita dengan lancar.

Kalau anakku dulu, kurasa dia juga tidak punya teman khayalan waktu bermain sendiri. Tetapi tiap bermain dia selalu heboh seperti dalang yang berbicara sendiri dengan merangkap peran menjalankan beberapa karakter sekaligus karena ternyata daya imajinasinya sudah kuat sejak kecil. (sudah pernah juga kuperkuat dengan bertanya, apakah dia sedang bermain dengan seseorang, dan jawabnya adalah tidak).
Biasanya anakku merubah suaranya menjadi beberapa gaya kalau sedang bermain. Misalnya kalau yang sedang berbicara seorang polisi, ya dia akan bersuara berat. Kalau seorang anak kecil, ya suaranya jadi mengecil…., seperti itu.

Aku jadi ingat, suatu ketika dia sedang bermain dengan temannya (cewek), dan temannya itu ngambek mau pulang karena tidak diturutin maunya.
“Ya udah, pulang aja sana…” kata anakku. Gadis kecil itupun pelan-pelan berdiri dan berjalan ke arah pintu pagar.
Tiba-tiba anakku mulai berbicara dengan suara agak kencang,”Kamu mau kemana sih komodo? Aku boleh ikut dong?”
“Aku mau main sepeda…, ayolah kalau kamu mau ikut…” kata anakku dengan suara beda untuk menimpali suaranya pertama, “Nanti kalau di jalan kita ketemu anak kucing, kita bawa pulang…”
Akhirnya gadis kecil tadi terhenti langkahnya mendengar anakku ngomong sendiri. Dia berdiri saja di pintu pagar. Dalam hatinya pasti tertarik mendengar anakku mendalang, tapi terlanjur tadi bilang mau pulang.
Sekian menit berlalu, gadis kecil itu masih nempel di pintu pagar rumahku dan anakku cuek aja, maka kupanggil namanya.
“Apa mie?” tanya anakku. Aku tidak menjawab tapi member isyarat padanya supaya mengajak kembali gadis kecil itu untuk main bersama.
“Kamu mau main lagi? Sini masuk…” panggil anakku. Tanpa diulang dua kali, gadis kecil itupun langsung duduk kembali dengan tersenyum malu….. hehehe, namanya juga anak-anak.

Oke,  ngomongin soal teman khayalannya udahan dulu ya…., lain kali kita sambung lagi dengan topic lainnya…. Ciaooo!!


Bogor, 12 Mei 2013
(sambil dengerin lagu ‘you are-nya dolly parton’ yang enak bangetzzzz…..)