Tentang dua orang anak manusia
ini, aku dulu juga sudah pernah menulisnya. Waktu itu aku begitu kagum dengan
kisah cinta mereka yang kudapat hanya dari cerita beberapa teman dan juga dari katanya
si ini katanya si itu. Dulu cerita tentang mereka kutulis dengan judul Cupid
Bekerja Dengan Rahasia.
Kuanggap kisah cinta mereka begitu
rrruarrrr biasa, sehingga aku tidak bisa tidur kalau belum menuangkannya dari
dalam kepalaku. Sebuah kisah cinta yang bukan bermula dari jatuh cinta pada
pandangan pertama, bukan pula cinta buta menggebu-gebu yang dapat melahirkan
kalimat ‘sampai tidak bisa bernafas tanpamu’. Ini hanyalah kisah cinta
sederhana yang tumbuh karena ketulusan hati, dari kebutuhan saling melindungi,
tetapi hasilnya adalah cinta gila yang rrruarrrr biasa.
Kemarin, nyaris seharian aku
bersama mereka yang kebetulan sedang datang ke Indonesia untuk mengambil data di
beberapa kota (sekalian liburan, katanya) guna kuliahnya di University of Hull,
Negara Ratu Elizabeth sana. Nah, selama makan siang (sampai waktunya makan
malam juga lewat), sambil ngobrolin apa saja mulai dari nostalgia sampai
hal-hal terkini itulah aku benar-benar melihat dengan mata kepalaku sendiri,
bahwa apa yang selama ini kudengar tentang kisah mereka itu memang begitulah
adanya. Malah yang kudengar hanya lewat cerita saja rasanya menjadi kurang
lengkap, padahal biasanya yang namanya gossip itu kan lebay ya…., hehehe…
Mulanya waktu aku dan Iis temanku
masih berada di dalam taxi yang baru akan merapat ke Plaza Senayan, kami
melihat pemandangan di sebelah kiri yang selama ini sudah tidak asing lagi di
benakku, karena aku memang belum pernah melihat mereka dalam keadaan berdua
secara langsung. Yaitu pemandangan Udin yang sedang mendorong kursi roda Wuri
dengan penuh kasih. (Cerita mereka bermula ketika aku sudah lulus dan tidak
pernah datang lagi ke kampus)
Aku dan temanku langsung meminta sopir
taxi berhenti dan kamipun melompat keluar, mengejar mereka berdua. Tadinya kami
mau mengikuti saja mereka dari belakang, tapi rupanya mereka mendengar suara ribut
kami sehingga merekapun menoleh.
Haaa…., wajah-wajah surprise kami karena rindu yang
menahun, pasti asyik sekali kalau ada yang mengabadikan. Dua puluh tahun lebih
tak pernah bersua dan hanya berbincang lewat dunia maya. Pelukan dan ciuman
serasa lebih panas dari teriknya matahari Jakarta di atas kami saat itu. Hhhh…..
lepasssss………
Setelah puas saling menatap,
kamipun meneruskan langkah memasuki Plaza Senayan yang sejuk karena AC dari
aliran listrik sekian ribu watt yang mungkin juga ada yang menunggak ke PLN,
sehingga imbasnya rumahku yang tak ber AC harus siap sedia dicabut kalau telat
membayar rekening tiap bulannya,… hehehe….
Kita kembali pada Udin dan Wuri
yang selalu membuatku kagum pada cinta mereka. Setelah mencari-cari tempat yang nyaman di
foodcourt lantai tiga, kamipun membooking sebuah meja di depan ‘Masakan Padang’
karena kami ingin makan sayuran. Dari sini respectku pada mereka berdua semakin
bertambah.
Mulai mengambil makanan nih, Udin
sudah langsung mengambilkan apa saja yang akan menjadi santap siang Wuri tanpa
menanyakan mau makan apa, minum apa? Kemudian segelas es buah yang mereka
nikmati berdua. Sebotol air mineral yang mereka nikmati berdua. Se cup es krim
yang tadinya dinikmati sendiri oleh Wuri akhirnya disikat pula oleh Udin.
Sekarang tentang bahan
pembicaraan nih, betapa kudengar mereka saling melengkapi setiap kalimat yang
keluar dari bibir masing-masing. Begitu juga halnya tentang prinsip, visi, dan
isi otak mereka berdua yang kurasa benar-benar sama.
Tentu saja hal ini membuatku
terkagum-kagum. Amazing, kata Tukul. Begitu kompaknya mereka, dua kepala dan
dua jiwa yang berbeda, bisa menjadi satu. Ketulusan itu benar-benar tampak
diantara mereka karena keduanya adalah pemegang prinsip putih adalah putih,
hitam adalah hitam, tidak ada dalam kamus mereka yang namanya abu-abu. Semua
harus terang benderang dan berjalan di relnya masing-masing.
Tulisan ini kubuat sebagai ucapan
selamat jalan buat mereka berdua yang akan segera kembali ke Inggris, tempat
Wuri masih harus menyelesaikan 2 tahun lagi masa studynya di sana. Aku tidak
tahu kapan kami dapat bertemu lagi, walaupun dalam asa selalu terucap kata,
semoga masih ada umur kita untuk bertemu lagi. Terima kasih untuk waktu yang indah
kemarin, Udin dan Wuri. Love you.
Bogor, 30 November 2012