Kamis, 13 Mei 2010

Mahasiswa dan Responden

Kemarin kan aku nemenin temen ke Asemka mau belanja aksesoris sepatu buat pabrik sepatunya, kita naik Kereta Pakuan jurusan Bogor – Jakarta. Kereta ini kan tidak berhenti di semua stasiun, jadi kita bisa duduk tenang dan nyaman sambil ngobrol enak, apalagi kalau siang begini penumpangnya tidak sampai ada yang berdiri. Pokoknya enak deh.

Selepas stasiun Tanjung Barat, tiba-tiba aku melihat dua orang yang tampaknya mahasiswa yang dengan sopan bertanya dulu sepatah dua patah kata pada beberapa orang penumpang, untuk kemudian memberikan mereka masing-masing dua lembar kertas seperti formulir dengan pulpennya sekalian.

Aku rasa, formulir itu adalah questioner untuk penelitian apa gitu, yang tentunya saat ini sedang mereka lakukan. Aku tidak tahu pasti itu tentang apa, sebab lembaran questioner itu tidak sampai di tempatku. Hanya kira-kira dua puluh orang yang mereka bagikan dari gerbongku.

Melihat ini, aku jadi ingat waktu masih kuliah dulu. Aku dulu juga sering harus mencari responden untuk macam-macam penelitian karena aku kuliah di jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang banyak banget acara turun ke jalannya. (Aku juga sempat ikutan Kelompok Peminat gejala Sosial yang kerjaannya memang meneliti ini dan itu). Untuk mendapatkan responden, aku sampai harus berkeliling kota dengan motor, dan kadang sampai memakan waktu berhari-hari karena waktu yang seharian itu ternyata nggak cukup.

Aku tersenyum sendiri melihat ide kreatif mereka. Pinter, cari responden di atas Kereta. Hanya sekali jalan, mereka langsung bisa mendapatkan beberapa orang sekaligus. Dari berbagai strata social, golongan, dari berbagai jenis pekerjaan dan lain-lainnya…. Apalagi letak kampus-kampus disini tidak terlalu jauh dari stasiun kereta, mereka benar-benar tertolong dalam hal waktu dan tenaga, biaya juga tentunya.

Taruhlah mereka harus bayar tiket Kereta Pakuan yang sebelas ribu itu, kali dua orang sama dengan dua puluh dua ribu. Tapi mereka langsung dapat dua puluh orang dalam waktu tidak sampai satu jam. Pulangnya, untuk mendapatkan responden dari golongan yang lain, tinggal naik kereta ekonomi jurusan Jakarta – Bogor yang harga keretanya nggak lebih dari tiga ribu kali dua orang. Langsung akan dapat lagi sejumlah responden yang mereka perlukan. Sudah. Dalam sehari seluruh questioner sudah terisi. Besoknya tinggal crossing, dst dst… selesai. Hehehe… cepet banget.

Coba bandingkan dengan aku dulu, yang sampai harus gosong karena keliling kota. Kenapa dulu tidak terpikirkan olehku ide seperti ini? Karena aku dulu tinggal dan kuliah di Surabaya, dimana waktu itu nggak ada jurusan kereta jarak dekat seperti Jabodetabek ini. Kalaupun waktu itu sudah ada, aku nggak familiar seperti sekarang ini. Dulu, kalau yang namanya naik kereta ya biasanya kalau kita mau keluar kota, jarak jauh, dan nggak bisa sehari pulang pergi dengan santai. Adapun mungkin waktunya tertentu dan sehari cuma sekali atau dua kali.

Tapi aku juga pernah sih, datang langsung ke Sebuah Kantor Polisi, karena respondennya saat itu harus dari Polisi dan ABRI. Di Kantor Polisi itu aku langsung menghadap Komandannya, dan minta tolong supaya questionerku di sebar ke anak buahnya, sementara aku ngobrol, minum soft drink dan makan camilan ringan sambil nonton TV di ruang tamu dengan Sang Komandan sambil nunggu semua questioner terisi, hehehe….

Aaah….., terlepas dari itu semua, Kereta Jabodetabek ini memang menghasilkan banyak cerita menarik di dalamnya, disamping manfaatnya untuk transportasi antara Bogor – Jakarta, Jakarta – Bogor yang paling praktis dan ekonomis. Tunggu saja cerita-ceritaku yang lainnya…. Oke?!

Bogor, 14 Mei 2010