Tadinya aku nggak sadar kenapa
sering tertidur di saat menemani anakku nonton acara misteri di salah satu
stasiun TV Swasta yang tayang di tengah malam, padahal acaranya juga tidak
terlalu lama. Parah amat sih mataku.
Kupikir karena aku sudah
kecapek-an pulang kerja dan usia yang sudah tidak muda lagi pastilah bikin mata
cepat sekali mengantuk.
Aku baru sadar kalau aku ternyata
selalu tertidur di saat tayangan iklan, sehingga bangun-bangun acaranya sudah
selesai. Habis, acara yang tidak lama itu ternyata iklannya buanyak bangets deh….
Iseng aku lalu mencoba menghitung
saat jeda iklan, berapa iklan sih sekali jeda itu, pikirku. Hasilnya?....
Amboyyyyy…. Aduh duh duh duh aduh banyaknya… sekali jeda bisa 15 – 20 produk……
(sambil nyanyiin ya….)
Kalau melihat iklannya yang
bejibun (aku curiga, jangan-jangan tayangan acara dengan iklannya, durasinya
lebih banyak iklannya deh…!!), itu sama dengan artinya rating acara ini cukup
tinggi. Sebab, kalau nggak ada yang nonton, mana mau pemasng iklan menaruh
produknya di acara tersebut. Iya kan? Buat yang belum pernah nonton, coba deh
sekali-sekali nonton. Kadang aku tertawa geli sebab ternyata jin itu juga ada
yang pinter melucu…. Hehehe…..
Kenapa acara mistery, mistis dan
sebangsanya ini disukai penonton? Sampai dibela-belain ngintip dari balik
selimut karena ngeri (ini kelakuan anakku kalau nonton, hehehe….).
Jawabannya, mungkin karena
masyarakat kita, dalam kesehariannya masih amat mempercayai hal-hal semacam
ini. Di aktifitas sehari-harinya mereka
tidak lepas dari kejadian-kejadian seperti ini.
Misalnya saja, kalau ada sebuah
rumah kosong di sekitar tempat tinggal kita, biasanya akan ada rumor kalau
sering ada penampakan di rumah kosong itu, dan ketika ditelusuri oleh tim-tim
mistery itu, ternyata memang di rumah itu ada penunggunya jin A, jin B, dan
sebagainya.
Kalau secara pribadi sih aku
sendiri tidak yakin apakah aku pernah mengalami hal-hal gaib itu. Sebab aku merasa biasa saja. Walaupun kata ibuku, waktu
masih kecil dulu aku beberapa kali mengalami hal gaib itu. Seperti salah satu
cerita, (kalau nggak salah, aku masih umur 4 tahun) ketika kami sekeluarga naik
Kereta Api dari Surabaya ke Jakarta untuk liburan ke rumah nenekku dari pihak
ayah. Saat itu ayah mengantar aku dan adikku ke toilet karena pingin pipis. Aku
yang sudah selesai, oleh ayah di suruh menunggu di depan pintu toilet karena
ayahku masih membantu adikku.
Berdiri di depan toilet ternyata
tidak nyaman karena berkali-kali nyaris terhimpit orang yang lalu-lalang di
depan toilet itu. Maka akupun memutuskan untuk kembali sendiri ke tempat duduk
dimana ibuku dan salah seorang adikku yang lain sedang menunggu.
Akupun melangkah sambil menengok
kanan kiri mencari tempat duduk ibuku. Tidak ada. Jadi akupun meneruskan
melangkah ke gerbong lainnya. Begitu langkah kakiku masuk ke gerbong lain itu,
aku melihat banyak orang yang duduk di lantai kereta karena gerbong itu tidak
ada kursinya.
“Mau ke mana dik?” salah seorang
bapak berpakaian kelasi menegurku.
“Mau ke sana…” aku menunjuk ujung
gerbong. (aku tidak tahu kalau gerbong ini adalah gerbong barang paling
belakang)
“Ke sana mau mencari siapa?” tanya
si bapak lagi.
“Mau cari ibu…” jawabku.
“Oh, mau cari ibu ya…. Ayo, sini
om antar…” katanya sambil menggendongku dan dibawa ke arah balik.
Aku ingat si om menanyakan
sepanjang gerbong ke gerbong, kira-kira siapa yang kehilangan anak, yang akhirnya
berhasil menemukan tempat duduk ibuku di gerbong dua dari depan. Ayahku dan
adikku juga sudah ada di tempat duduk dan sedang kebingungan karena aku tidak
ada.
Asik kan, aku merasa kalau aku
hanya melewati sambungan gerbong itu satu kali, tetapi kenyataannya, aku sudah
melewati delapan gerbong sehingga sampai di gerbong paling belakang.
Saat itu kudengar orang-orang
dewasa tidak percaya aku melangkah sendiri melewati sambungan gerbong kereta
sampai delapan gerbong sebab yang orangtua saja harus berhati-hati melompat
ketika melewati sambungan itu. Mereka berpikir bahwa saat itu pasti ada ‘sesuatu’
yang menuntun atau membawaku. Wallahu alam.
Waktu sudah besar, ketika sedang
campink atau naik gunung, sering sekali di tengah malam yang sepi di tengah hutan, di lereng gunung itu aku
merasa mendengar suara gamelan jawa seperti karawitan yang sedang digelar untuk
sebuah acara. Kalau waktu itu sih aku selalu menganggap kalau saat itu pasti
sedang ada orang kampung sekitar situ yang sedang punya hajat. Mungkin nanggap
wayang sampai pagi, pikirku.
Kalau beberapa waktu lalu, ketika
aku masih sering membuat kue untuk dijual pagi hari, sering sekali di jam-jam
antara jam 02.00 dini hari sampai jam 03.00, aku keluar melihat-lihat suasana
malam sambil mencari daun pandan atau daun pisang yang sering lupa kusiapkan
sorenya.
Saat-saat seperti itu aku seperti
mendengar keriuhan yang tidak jelas sumbernya. Seperti suara ibu-ibu ngobrol
ataupun seperti suara riuhnya pasar. Hiruk pikuk. Banyak suara sayup-sayup tapi
dekat tapi tidak jelas sumbernya di mana.
Kadang aku sampai bertanya-tanya,
apa tetanggaku yang ini sedang ada tamu sehingga mereka ngobrol sampai pagi,
atau mungkin tetangga yang itu? Tapi tetangga
yang itu tidak ada perempuan dewasa lain di rumahnya,…
Pertanyaan-pertanyan itu dulu
tidak pernah kucari jawabnya. Kubiarkan berlalu begitu saja. Sampai akhirnya
beberapa waktu yang lalu aku menonton tayangan mistery di TV dan salah seorang
praktisi supranaturalnya mengungkapkan bahwa suara-suara yang muncul/terdengar
itu biasanya adalah rekaman peristiwa masa lalu yang pada saat-saat tertentu
dapat muncul kembali. Atau bisa juga, di sekitar tempat terdengarnya suara itu
memang adalah tempat berkumpulnya makhluk astral atau jin yang memang sedang
melakukan aktifitasnya. (mungkin mereka memang sedang berada di pasar dan
melakukan aktifitas jual beli seperti kita, manusia)
Kurasa juga para jin itu pasti
bukan sengaja menakut-nakuti aku, tapi mereka memang sedang beraktifitas
seperti biasa. Aku saja yang salah waktu, harusnya jam segitu kan sedang
nyenyak tidur di kasur yang empuk, bukannya keluyuran di kebun mencari daun
pandan ataupun daun pisang…. Hehehe….
Bogor, 10 Juni
2013
(Gerimis menemani aku di malam
ini, setelah satu hari yang tidak berpihak padaku…..)