Rabu, 15 Mei 2013

Mang Bony Tukang Buah



Sudah bertahun-tahun si Emang berdagang buah keliling yang kalau pagi selalu mangkal dulu di persimpangan ujung jalan depan rumahku, dan sudah bertahun-tahun itu pula aku selalu membeli buah dari si Emang ini tanpa pernah tahu atau menanyakan siapa namanya.

Emang ini berjualan buahnya tidak selalu sama setiap harinya karena dia langsung mengambil dari petaninya, sehingga apa yang dia jual ya yang ada di kebun saat itu. Tergantung sedang musim apa sekarang.

Sungguh aku merasa lalai sampai tidak mau tahu identitas seseorang yang selama ini aktif berinteraksi denganku. Selama ini aku sudah merasa cukup dengan memanggilnya ‘Mang’ saja, padahal siapapun dia yang ada di dunia ini, pasti akan merasa lebih berarti (ada di dunia) kalau seseorang lainnya tahu siapa namanya. Betul kan?

Ada satu lagi, padahal si Emang ini baik banget orangnya. Biasanya nih kalau pas dia bawa Buah Jambu Biji Merah, aku kan beli se-kilo yang isinya paling cuma empat buah dengan harga Lima Ribu Rupiah.  Nah, itu selalu ditambah dua buah lagi sama dia... (mungkin dia tahu kalau aku orang susah, hehehe....), jadi kalau ditimbang lagi ya beratnya jadi sekitar sekilo setengah.

 Pernah dengar kalimat ‘Apalah Arti Sebuah Nama?’ dari William Shakespeare? ‘What’s in a name? Di sana sedikitnya terkandung arti, bahwa di balik arti nama (baik, gagah, bijaksana, dan lain-lain) yang sesungguhnya itu akan menjadi tidak berarti atau bermakna bila pemiliknya tidak melakukan hal-hal baik di dunia ini. Di dalam sebuah nama yang diberikan orang tua pada anaknya selalu terkandung harapan dan doa untuk anak tersebut. Itulah sebabnya aku berpikir kalau nama seseorang itu sangatlah penting sebagai identitas diri. Emang mau kalau misalnya anda yang bernama Anthony saya panggil Miskun?

Nah, kembali pada Tukang Buah langgananku tadi. Sambil meminta Pisang Lampung se-sisir dan Singkong se-kilo, aku berkata padanya, “Mang, tolong berdiri di situ deh… mau saya foto.. “
Si Emang tertawa sambil menuruti permintaanku, “Buat apa sih Teh?” tanyanya.
“Sudahlah, buat apa aja…. “ kataku sambil ‘klik’ pakai HP-ku.
“Eh, dari dulu saya koq nggak tahu sih siapa namanya Mang?” tanyaku.
“Yah, si Teteh sih…., orang-orang juga banyak yang tahu nama saya…” katanya.
“Iya, makanya sekarang saya nanya…., maafin ya…, namanya siapa?” tanyaku.
“Bony teh, nama saya Bony…” katanya.
“Siapa?” aku mengernyitkan kening takut salah dengar.
“Bony…” jawabnya.
Nah lo! Jangan tertawa ataupun heran mendengar Tukang Buah Langgananku yang orang kampung  itu ternyata bernama ‘Bony’. Kita tidak tahu kan apa yang diharapkan dan menjadi doa orang tua Mang Bony dulu untuk anaknya ini?

Oke deh semuanya, karena sedari tadi perutku sudah berisik minta diisi, maka aku akan sarapan Pisang  Lampung dulu. Nanti siang giliran Singkong Kukus yang akan menjadi santapanku (itu kalau aku tidak ke mana-mana, kalau ternyata aku harus keluar rumah, ya Singkongnya harus menunggu sampai nanti aku pulang). Selamat beraktifitas buat semuanya.


Bogor, 16 Mei 2013