Sudah bertahun-tahun si Emang
berdagang buah keliling yang kalau pagi selalu mangkal dulu di persimpangan
ujung jalan depan rumahku, dan sudah bertahun-tahun itu pula aku selalu membeli buah
dari si Emang ini tanpa pernah tahu atau menanyakan siapa namanya.
Emang ini berjualan buahnya tidak selalu sama setiap harinya karena dia langsung mengambil dari petaninya, sehingga apa yang dia jual ya yang ada di kebun saat itu. Tergantung sedang musim apa sekarang.
Emang ini berjualan buahnya tidak selalu sama setiap harinya karena dia langsung mengambil dari petaninya, sehingga apa yang dia jual ya yang ada di kebun saat itu. Tergantung sedang musim apa sekarang.
Sungguh aku merasa lalai sampai
tidak mau tahu identitas seseorang yang selama ini aktif berinteraksi denganku.
Selama ini aku sudah merasa cukup dengan memanggilnya ‘Mang’ saja, padahal
siapapun dia yang ada di dunia ini, pasti akan merasa lebih berarti (ada di
dunia) kalau seseorang lainnya tahu siapa namanya. Betul kan?
Ada satu lagi, padahal si Emang ini baik banget orangnya. Biasanya nih kalau pas dia bawa Buah Jambu Biji Merah, aku kan beli se-kilo yang isinya paling cuma empat buah dengan harga Lima Ribu Rupiah. Nah, itu selalu ditambah dua buah lagi sama dia... (mungkin dia tahu kalau aku orang susah, hehehe....), jadi kalau ditimbang lagi ya beratnya jadi sekitar sekilo setengah.
Ada satu lagi, padahal si Emang ini baik banget orangnya. Biasanya nih kalau pas dia bawa Buah Jambu Biji Merah, aku kan beli se-kilo yang isinya paling cuma empat buah dengan harga Lima Ribu Rupiah. Nah, itu selalu ditambah dua buah lagi sama dia... (mungkin dia tahu kalau aku orang susah, hehehe....), jadi kalau ditimbang lagi ya beratnya jadi sekitar sekilo setengah.
Pernah dengar kalimat ‘Apalah Arti Sebuah
Nama?’ dari William Shakespeare? ‘What’s in a name? Di sana sedikitnya
terkandung arti, bahwa di balik arti nama (baik, gagah, bijaksana, dan
lain-lain) yang sesungguhnya itu akan menjadi tidak berarti atau bermakna bila
pemiliknya tidak melakukan hal-hal baik di dunia ini. Di dalam sebuah nama yang
diberikan orang tua pada anaknya selalu terkandung harapan dan doa untuk anak
tersebut. Itulah sebabnya aku berpikir kalau nama seseorang itu sangatlah
penting sebagai identitas diri. Emang mau kalau misalnya anda yang bernama Anthony
saya panggil Miskun?
Nah, kembali pada Tukang Buah
langgananku tadi. Sambil meminta Pisang Lampung se-sisir dan Singkong se-kilo,
aku berkata padanya, “Mang, tolong berdiri di situ deh… mau saya foto.. “
Si Emang tertawa sambil menuruti
permintaanku, “Buat apa sih Teh?” tanyanya.
“Sudahlah, buat apa aja…. “
kataku sambil ‘klik’ pakai HP-ku.
“Eh, dari dulu saya koq nggak
tahu sih siapa namanya Mang?” tanyaku.
“Yah, si Teteh sih…., orang-orang
juga banyak yang tahu nama saya…” katanya.
“Iya, makanya sekarang saya nanya….,
maafin ya…, namanya siapa?” tanyaku.
“Bony teh, nama saya Bony…”
katanya.
“Siapa?” aku mengernyitkan kening
takut salah dengar.
“Bony…” jawabnya.
Nah lo! Jangan tertawa ataupun
heran mendengar Tukang Buah Langgananku yang orang kampung itu ternyata bernama ‘Bony’. Kita tidak tahu kan
apa yang diharapkan dan menjadi doa orang tua Mang Bony dulu untuk anaknya ini?
Oke deh semuanya, karena sedari
tadi perutku sudah berisik minta diisi, maka aku akan sarapan Pisang Lampung dulu. Nanti siang giliran Singkong
Kukus yang akan menjadi santapanku (itu kalau aku tidak ke mana-mana, kalau
ternyata aku harus keluar rumah, ya Singkongnya harus menunggu sampai nanti aku
pulang). Selamat beraktifitas buat semuanya.
Bogor, 16 Mei 2013