Senin, 12 November 2012

Bahaya Yang Mengintai



Beberapa hari ini, perjalananku ngubek-ngubek kota Jakarta dan sekitarnya membawa oleh-oleh cerita dan pengalaman yang tidak enak. Banyak kejadian di jalan raya yang menakutkan, salah satunya adalah cerita tentang kecelakaan.

Waktu aku harus menemui seseorang di Jalan Raya Narogong Km 19, Bantar Gebang Bekasi beberapa hari lalu, angkotku macet beberapa kilo sebelum  RS. MH Thamrin. Namanya juga angkot, dalam keadaan macet begitu tetap saja berusaha maju ke depan dengan segala cara…., termasuk jalan di wilayah arus sebaliknya, atau sebelah kanan dari antrian mobil-mobil yang sebagian besar adalah mobil-mobil kelas berat sebangsa truk tronton dan teman-temannya.

Ketika akhirnya angkot yang kunaiki terpaksa harus berhenti karena sudah tidak dapat maju lagi. Aku melihat di tengah jalan ada bangku yang ditaruhnya pas di tengah-tengah, dan kerumunan orang-orang yang sepertinya satu kampung ngumpul semua di sana. Kebetulan aku duduk di bangku bagian kanan di belakang sopir angkot, jadi aku bisa melihat ke depan dengan jelas.

Ternyata ada kecelakaan motor yang dihajar truk gede pengangkut tanah. Aku sempat melihat beberapa orang tampak mengangkat kantong mayat yang terlihat sangat berat ke pinggir jalan. Inna lillahi wa inna illaihi roji’un, korbannya tewas seketika. Setelah itu, bangku yang tadi berada di tengah jalan dipinggirkan dan jalananpun dibuka kembali. Kerumunan orang-orangpun menipis. Mereka minggir semua.

Angkot yang kutumpangipun melanjutkan perjalanan, dan aku melihat di tepi sebelah kanan jalan ada seonggok ‘bekas’ helm berwarna putih yang sudah berantakan nyaris tidak berbentuk serta genangan darah yang  cukup lebar dan terlihat menyembul dari beberapa lembar kardus/kartoon yang tampaknya tidak dapat menutupi semuanya. Astagfirullah al adzim.

Ketika aku sampai di tempat tujuan dan terlambat beberapa menit dari waktu yang dijanjikan, aku sempat meminta maaf dan bercerita kalau tadi jalanan sempat macet karena ada kecelakaan beberapa kilo meter dari situ. Si Bapak yang kujumpai ini menghela nafas panjang.
“Motor dengan apa?” tanyanya.
“Motor dihajar truk tanah Pak…” jawabku.
“Yah, itulah…. Saya sering ngeri melihat para pengendara motor yang seolah punya sembilan nyawa kalau di jalanan. Apalagi usaha saya  berhubungan dengan kendaraan besar-besar seperti ini. Jadi serba salah menghadapinya.” katanya sambil bergidik ngeri. Si bapak yang adalah pengusaha penyewaan kendaraan gede-gede ini orangnya sangat baik dan ramah sekali. Padahal dia pengusaha besar dan lahan tempat usahanya ini  luas sekali.
“Betul pak, kalau di jalanan kan biarpun yang salah motornya, tetap aja mobilnya yang salah dan kalah.” Jawabku. Si bapak mengangguk-angguk.

Ketika aku bercerita pada teman kerjaku, dia juga mengatakan hal yang kurang lebih sama, yaitu ‘para pengendara motor yang tidak sayang nyawanya sendiri’
“Orang-orang yang naik motor itu harusnya jangan sembarangan aja nyerobot sana nyerobot sini kalau ada mobil-mobil gede kayak gitu. Mobil-mobil gede itu kan posisi sopirnya di atas, spion paling-paling cuma bisa lihat mobil ataupun motor dari jauh. Kalau sudah dekat, mana kelihatan lagi… Nanti kalau kesenggol rodanya, mobilnya yang disalahin…” katanya. Iya juga sih, pikirku.

Waktu dalam perjalanan pulang dari bertemu si bapak tadi, aku kan kembali naik angkot dengan arah sebaliknya. Ternyata sopir dan kenek/temannya yang duduk di depan masih pada ngobrolin kecelakaan tadi. Karena penasaran, aku jadi ikutan nimbrung dalam pembicaraan mereka.
“Tadi tuh korbannya laki-laki atau perempuan sih mas?” tanyaku.
“Laki-laki bu, saya sih nggak lihat mukanya sebab sudah ditutup kardus, tapi saya sempat lihat badannya dan  pakai celana tanggung, kakinya kaki orang laki-laki. Ibu tadi lihat juga ya…” kata sopir angkotnya.
“Saya cuma lihat dari jauh pas orang-orang ngangkat kantong mayatnya ke pinggir.” jawabku.
(Kalimat di bawah kalimat ini  di sensor ya…. Tuiiiiinnnggggggg, jangan dibaca buat yang nggak kuat. Lewati saja sampai kalimat selanjutnya)
“Itu kondisinya ngeri banget bu, jadi posisinya miring masih dalam keadaan pegang stir motor dan kelindes bareng sama motornya juga. Jadi mayatnya nyatu sama motornya bu…” katanya. Astagfirullah al adzim, ngeri banget.

Besoknya, tidak jauh dari kantor tempat kerjaku, ketika aku akan menyebrang jalan, tiba-tiba “Gubrrraakkkkk!!!”
“Astaghfirullah, apa itu…” aku menengok kea rah suara tadi.
Ternyata ada motor dan motor yang saling beradu. Entah bagaimana asalnya sebab ini kan jalur satu arah. (Tapi memang jalanan di bawah jembatan layang di sekitar Stasiun Tebet ini termasuk parah, motor-motor saling berseliweran memotong arus, satu ke sana satu ke mari satu lagi ke situ…., byuh, ruwet deh pokoknya)
Orang-orang berlarian menolong, sebab ternyata salah satunya pengendaranya cewek dan membonceng seorang anak laki-laki yang sempat terlempar tapi untungnya anak itu masih bisa bangun sendiri dan menghampiri si cewek yang tidak bisa bangun karena tampaknya kakinya sakit.

Siangnya, ketika aku pulang dari bertemu seseorang di Asrama Polisi di Cipinang, eh,… pas posisi beberapa kendaraan masih di atas rel, tiba-tiba sirene palang pintu berbunyi, sedangkan kendaraan terdepan masih menunggu jeda mobil yang berjalan lurus yang tidak mau dipotong lajunya.
Sopir angkot yang kutumpangi berteriak-teriak, “Hoeeee…., maju! Maju! Di belakang ada kereta mau lewat… Maju! Maju Buu!!!!” teriaknya pada mobil sedan di sebelah kanan angkot.
Kutengok, si ibu yang diteriaki oleh sopir angkotku sedang santai nyupir sambil bertelepon dengan hapenya. Baguuussss….., karena asyik bertelepon, jadinya tidak dengar, tidak tau, tidak sadar atau tidak perduli  kalau ada sirene palang pintu kereta berbunyi dan beberapa mobil di belakangnya masih berada di atas rel siap dihantam maut.

Benar-benar kehidupan dan aktifitas yang menegangkan bila sering berada di jalanan. Setiap saat dapat terjadi hal yang tidak kita inginkan. So, jangan salahkan sopir-sopir angkutan umum yang bertemperamen keras dan kasar  yang seolah tidak punya hati itu, karena setiap saat mereka bergaul dengan maut.


Bogor, 12 November 2012
(kagum pada mereka yang setiap saat berada di jalanan dan tidak jadi gila)