Sabtu, 16 Februari 2013

Ucum



Sore itu aku dan anakku beli lauk buat makan malam di tempat yang tidak terlalu jauh dari rumahku, tapi ketika aku merogoh kantong untuk mengambil uang, ternyata duitnya tidak cukup, “Dek…., kayaknya duit mamie nggak cukup deh. Tolong ambilin di kantong baju yang tadi mamie pakai ya…, sekalian bawa payung takut nanti hujan…” kataku pada anakku. Anakkupun pulang dan aku menunggu pesananku disiapkan.

Tidak lama kemudian anakku kembali, “Ih mamie…, tadi pas Ndiek pulang… serem banget tau…” katanya.
“Serem gimana, orang masih terang gini koq…., emang ada apaan?” tanyaku.
“Tadi ada si Ucum di depan rumah Dinda tangannya panggil-panggil Ndiek…” katanya.
“Ucum siapa?” tanyaku.
“Itu, orang gila perempuan….”
“Yang suka cari makanan di tempat sampah?” tanyaku.
“Iya, koq mamie tau kalau dia suka cari makan di tempat sampah?”
“Ndiek sendiri kata siapa dia namanya Ucum?”
“Kata teman-teman di sekolah…, eh mie…, dia beneran gila nggak sih…. Koq tiap hari ganti baju?” tanya anakku.
“Mamie juga nggak tau dek, tapi kata orang-orang sih memang gila, soalnya pernah dikasih makanan yang bener malah dibuang dan dia tetap ngorek-orek tempat sampah.” jawabku.

Dulu aku juga pernah menceritakan orang gila yang selalu lewat depan rumahku yang bernama Nanang, yang setelah sekian tahun dia tetap dalam keadaan seperti itu dan tidak pernah sakit. Tetap hidup walaupun setiap saat cuma pakai sarung dan menurut perasaanku koq dia tidak bertambah tua.

Sekarang aku tertarik pada si Ucum ini. Pertama kali melihatnya, kira-kira beberapa waktu yang lalu, aku sama sekali tidak tahu kalau dia gila. Waktu itu aku melihat seorang ibu-ibu masih muda sekitar usia tiga puluhan yang sedang hamil dengan potongan rambut rapi, baju bersih dan menenteng tas kresek sedang melongok ke tempat sampah tetanggaku. Kupikir si ibu sedang membuang sampah di situ dan ada yang ikut terbuang kemudian berusaha mencarinya.

Beberapa waktu kemudian, aku melihat lagi si ibu sedang berjalan kaki tanpa sandal, makan krupuk dan juga melongok serta mengorek-orek tempat sampah. Saat itu aku sedikit heran, tapi tidak berpikir atau menduga apapun.

Ketika untuk ke tiga kalinya aku melihat si ibu ini di tempat sampah, aku baru berpikir  kalau si ibu ini mungkin agak kurang waras, dan ternyata semakin diperkuat dengan keterangan beberapa orang tetanggaku yang menyatakan kalau perempuan ini memang gila.

Salah seorang tetanggaku bilang kalau dia pernah memberi nasi bungkus pada si perempuan ini (yang ternyata kata anakku namanya si Ucum) tapi dibuangnya dan dia kembali menghampiri tempat sampah untuk mencari sisa makanan.  Si Ucum ini menurut pengamatanku, dia selalu menghindar untuk berinteraksi dengan orang lain. Dia selalu menjauh kalau ada orang lain, tidak mau melihat, serta tidak pernah berbicara/mengeluarkan suara. Artinya dia bukan jenis gila yang agresif, dan sayangnya aku bukan orang ahli yang tahu jenis sakit jiwa seperti ini disebut apa.

Beberapa tukang ojek juga pernah kutanya, katanya sih si Ucum ini punya keluarga (dan suami tentunya) dan sudah punya beberapa anak. Ini terbukti kalau tiap hari/tiap kali lewat tuh bajunya selalu ganti dan bersih. Yang jadi pertanyaan, kenapa keluarganya membiarkannya berkeliaran sendirian dan mengorek-orek tempat sampah?

Sempat agak lama aku tidak melihat si Ucum ini lagi, mungkin dilarang jalan sama keluarganya atau malah sudah melahirkan, pikirku. Semoga saja anak yang dilahirkannya terurus oleh keluarganya walaupun ibunya sedang terganggu ingatannya.

Ingat kalau si Ucum mungkin sudah melahirkan, aku jadi ingat juga pada kisah di Kaskus yang kubaca beberapa waktu yang lalu. Saat itu ada penulis yang menceritakan tentang  orang gila yang sedang hamil dan tampak akan melahirkan di depan kios di sebuah pasar tidak jauh dari rumahnya. Hari sudah malam, jadi kios-kios sudah pada tutup. Rupanya si orang gila itu tiap malam tidur di sana.
Ketika malam itu terdengar orang menjerit-jerit kesakitan, si penulis dan tetangganya jadi tahu kalau orang gila itu akan melahirkan. Hebohlah mereka untuk berusaha menolong persalinan itu. Si penulis berhasil memanggil bidan, bayinyapun lahir dengan selamat.  Si orang gilanya yang habis melahirkan itu dimandikan oleh ibu-ibu, tapi beberapa kali berusaha kabur, dan akhirnya memang benar-benar kabur. Bayinya kemudian diadopsi sepasang suami istri yang baik.

Kasihan. Aku beberapa kali sempat melihat orang gila perempuan yang sedang hamil berkeliaran di jalanan.  Ada yang telanjang bulat, tapi ada juga yang berpakaian ala kadarnya walaupun dekil. Betapa sedih keluarganya kalau tahu keadaan anak/istri/adik/kakak/saudaranya yang berkeliaran di jalananan dalam keadaan hamil tanpa tahu siapa yang menghamilinya. Kenapa harus ada yang seperti ini ya?

Kembali pada Ucum, rupanya dia sudah mulai berkeliling lagi. Mungkin anaknya sudah bisa ditinggal (kalau masih hidup) dan diasuh keluarga lainnya yang waras, sedang dia kembali melanjutkan petualangannya dari satu tempat sampah ke tempat sampah lainnya. Semoga si Ucum ini tetap sehat walaupun hobbynya mencari makanan di tempat sampah itu tidak dapat dihilangkan.



Bogor, 17 Februari 2013

Yang Kau Lihat Bukan Yang Kumau






Sebetulnya merasa rindu
Sebetulnya ingin mengungkapkan rasa itu
Tapi yang terungkap tak begitu, selalu….
Menjadi tak terkontrol seolah meracau
Sebetulnya merasa rindu
Sebetulnya ingin mengungkapkan rasa itu
Tapi kau juga tahu
Apa yang tampak seringkali bukan yang kau mau
Apa yang tersurat bukan yang tersirat saat itu
Semoga kau tetap tahu
Perempuan menjadi begitu
Bila ke’perempuan’nya lebih memicu
Please, bolehkan maafmu...




Bogor, 17 Februari 2013