Saat ini semua orang tahu, -- maksudnya
semua orang adalah, semua orang dari berbagai suku dan agama--, bahwa berkhitan
bagi setiap pria itu baik dilakukan demi kesehatan.. Jadi tidak melulu di
dominasi warga muslim yang memang sudah diwajibkan dari dulu.
Kenapa aku juga menekankan kata ‘saat
ini’, itu juga karena beberapa waktu yang lalu masih banyak orang yang belum
paham manfaatnya untuk kesehatan, terlebih bagi kalangan non muslim atau etnis
tertentu.
Kisah-kisah yang mewarnai
timbulnya atau niat untuk berkhitan bagi kalangan non muslim atau etnis lain
juga macam-macam, banyak yang melakukannya ketika sudah dewasa karena jaman
dulu orang tua mereka belum tahu tentang ini. Ada yang berkhitan ketika menjelang menikah, atau ada juga yang membaca
artikel kesehatan dan langsung pergi ke dokter sendiri, dan lain-lain.
Yang satu ini aku punya cerita
lucu tentang teman suamiku yang kebetulan memang berasal dari kalangan non
muslim dan etnis tertentu.
Malam itu suamiku langsung
tertawa terpingkal-pingkal begitu temannya pulang dari rumah kami.
“Ada apa sih pie, kesambet ya…?”
tanyaku yang melihatnya tertawa ngakak malam-malam.
“Hahahahaaa….. si ‘R’ itu tadi
lucu…….., hahahahaaaa….” katanya masih tertawa.
“Iya lucu kenapa….?!” tanyaku nyaris
ikut tertawa hanya gara-gara melihatnya tertawa seperti itu, padahal aku belum
tahu ceritanya. Melihat orang tertawa itu ternyata menular ya….? Hehehe…
“Dia bilang tadi pergi ke RS,
langsung minta opname…, padahal dia datang dengan gagah, pakai jaket dan tas
ransel, karena baru pulang dari kerja. Ya jelas aja ditolak sama RS….,
hahahahaaaa….”
“Ngapain tiba-tiba minta opname?!”
tanyaku geli.
“Kan dia batuk beberapa hari ini
toh, nah itu dijadiin alasan sama dia buat minta opname. Ya susternya kagetlah…,
malah bisa-bisa susternya takut kali, dikira nggak waras….., jadi dia disuruh
ke UGD dulu sama susternya. Atau disuruh minta surat pengantar dari dokter umum
dulu baru boleh opname…”
“Terus?” tanyaku.
“Ya terus dia keluar dari RS langsung
pergi ke sini tadi….., sampai sini tadi kan dia langsung ngomel-ngomel, katanya
mau opname aja ribet, pakai ditanyai macam-macam, diminta surat macam-macam….,
padahal kan harusnya RS seneng ada orang minta opname…” kata suamiku.
“Lagian, cuma batuk aja koq minta
opname…” timpalku.
“Tadi papie juga ngomong gitu…,
tapi ternyata alasan sebenarnya dia mau opname itu sebenarnya dia tadi pingin
dikhitan….., hahahahaaaaa……, katanya rencananya gini, kalau tadi dia diterima
opname, nah besok atau lusa dia mau minta dikhitan sekalian….. “ kata suamiku.
“Pingin dikhitan aja kenapa pakai
opname?! Khitan ya langsung khitan aja sama dokter…” jawabku.
“Kalau ke dokter kan bayar mie,
lagian dia kan kost sendirian, takut nggak ada yang ngerawat. Padahal papie
juga sudah cerita kalau Ndiek kemarin ke dokter pakai laser kan gak sampai
sejuta. Eh, dia bilang kalau di Surabaya nggak dapat sejuta, orang dia sudah
nanya katanya….. hahahahaaa……, ya papie bilang, oh iya mungkin lebih mahal
karena kamu sudah alot…., hahahahaaaa…..”
“Katanya dia mau manfaatin
asuransi kesehatannya, sedangkan asuransi kan gak mau biayai kalau gak ada
gara-garanya, jadi ya papie bilang: kalau gitu kamu cepitin aja dulu ke apa kek
gitu… biar ada gara-garanya….., hahahahaaaa…. Dia bilang kalau belum khitan
kayak dia gitu, nanti kalau finish dia takut gak diterima…., hahahahaaaa….”
suamiku kembali terpingkal-pingkal. Akupun jadi ikut terpingkal-pingkal.
Ada-ada saja…..
Sorry buat yang baca kalau misalnya
ada yang tersinggung ya, sebab aku hanya ingin berbagi kisah lucunya saja koq…..,
(Piss Koh ‘R’……, semoga dia gak baca, hehehe…..)
Bogor, 1 Januari 2013