Jumat, 30 April 2010

KECOAK


Sepertinya malam ini sedang musim kecoak kawin. Bayangin aja, begitu kubuka pintu kamar mandi….byuuuuhhh…. banyak banget para kecoak yang bertebaran, berkeliaran dan berpasang-pasangan di segala penjuru, seolah kamar mandi ini milik mereka…hehehe…

Aku sih nggak takut atau jijik sama kecoak-kecoak ini, cuma agak jengkel aja melihat mereka berkeliaran sesuka hati. Walaupun kalau dipikir-pikir sebetulnya bukan salah para kecoak itu sehingga mereka jadi berkeliaran dimana-mana. Mereka kan butuh survival juga, jadinya ya kemanapun yang menjanjikan kenyamanan atau makanan buatnya, pasti akan disatroninya.

Dulu waktu pertama kali pasang penutup lobang di saluran pembuangan air di kamar mandi dan tempat cuci baju, kan tutupnya itu dibagian bawah ada semacam piringan yang memisahkan antara dunia kita dan dunia selokan. Nah, sama suamiku piringan itu dicopot. Katanya gara-gara piringan itu, air yang mengalir masuk lobang tidak lancar, pake acara menggenang dulu baru pelan-pelan habis.

Memang sih, setelah piringan itu dicopot, air buangan mengalir dengan lancarnya tanpa acara menggenang lebih dulu. Tetapi….., ternyata efek sampingnya bener-bener menjengkelkan, kecoak itu! Mereka (para kecoak itu) jadi bisa dengan bebasnya mengadakan touring keliling kamar mandi, sementara piringan itu sudah dibuang entah kemana deh…(kadang ke-sotoy-an kita mengakibatkan dampak yang mencengangkan).

Anakku yang besar, perempuan, masih kelas 1 SMA, takut banget sama yang namanya kecoak ini. Tiap dia masuk kamar mandi dan ada seekor aja kecoak yang lagi mejeng…., bisa dipastikan dia akan keluar lagi dan membatalkan semua niatnya untuk mempergunakan kamar mandi sampai kecoak itu pergi.

“Mamie, tolongin dong… usirin kecoaknya…pingin pipis nih….” teriaknya setiap melihat kecoak.

Kalau aku sedang nggak ngapa-ngapain sih, biasanya aku usirin dulu supaya kecoak itu masuk ke habitatnya lagi. Tapi kalau pas aku sendiri juga sedang sibuk masak atau bikin kue atau lagi ngapaian yang nggak bisa ditinggal, ya jengkel juga sih.

“Sudahlah kak, biarin aja… dia tuh harusnya yang lebih takut ke kakak daripada kakak yang takut sama dia.” Jawabku.

“Tapi yang ini pemberani mie, sudah disiram…eh, malah terbang nyamperin…” katanya.

Yang lebih jengkelin lagi, saat harusnya dia buru-buru mandi karena sudah bangun kesiangan dan takut ketinggalan kereta pertama, eh dia malah sibuk hilir mudik di depan kamar mandi doang sambil teriak-teriak. Sama sekali nggak mau masuk.

Kalau yang ini sih, mungkin karena kesalahanku sendiri sehingga anakku tadi jadi takut sama kecoak. Karena pas masih kecil, kalau dia agak nakal dan susah dikasih tahu, dulu aku sering menakut-nakuti dia dengan kecoak.

Misalnya gini, kalau dia pas asyik main air dan nggak mau berhenti, “Ayo udahan mainnya, nanti ada kecoak lho…”

Kalau pas nangis dan nggak mau diam, “Kalau nangis terus nanti disamperin kecoak lho…”

Begitu dan seterusnya. Waktu itu sih pikiranku begini, kalau aku takut-takutin dia dengan ‘hantu’, kalau sudah gede bakalan susah ngilanginnya karena ‘hantu’ kan nggak nyata, susah dijelaskan. Sedang kecoak kan ada wujudnya, bisa diterangkan atau dijelaskan secara logika. Jadi kalau logikanya jalan, pasti dia akan bisa menghilangkan sendiri rasa takut itu.

Tapi ternyata, sampai sebesar ini dan harusnya logikanya sudah bisa memilah-milah sendiri mana yang pantas ditakuti atau tidak, eh… keadaannya tetap saja….takut sama kecoak!

Okelah kalau begitu. Tampaknya aku memang harus tiap hari menyemprot kamar mandi dengan obat pembasmi serangga supaya para kecoak itu nggak krasan lagi ngedugem di kamar mandiku, dan memilih tempat lain untuk kongkow…hehehe…

Bogor, 1 Mei 2010