Kamis, 29 November 2012

Udin dan Wuri, Rrruarrrr Biasa






Tentang dua orang anak manusia ini, aku dulu juga sudah pernah menulisnya. Waktu itu aku begitu kagum dengan kisah cinta mereka yang kudapat hanya dari cerita beberapa teman dan juga dari katanya si ini katanya si itu. Dulu cerita tentang mereka kutulis dengan judul Cupid Bekerja Dengan Rahasia.

Kuanggap kisah cinta mereka begitu rrruarrrr biasa, sehingga aku tidak bisa tidur kalau belum menuangkannya dari dalam kepalaku. Sebuah kisah cinta yang bukan bermula dari jatuh cinta pada pandangan pertama, bukan pula cinta buta menggebu-gebu yang dapat melahirkan kalimat ‘sampai tidak bisa bernafas tanpamu’. Ini hanyalah kisah cinta sederhana yang tumbuh karena ketulusan hati, dari kebutuhan saling melindungi, tetapi hasilnya adalah cinta gila yang rrruarrrr biasa.

Kemarin, nyaris seharian aku bersama mereka yang kebetulan sedang datang ke Indonesia untuk mengambil data di beberapa kota (sekalian liburan, katanya) guna kuliahnya di University of Hull, Negara Ratu Elizabeth sana. Nah, selama makan siang (sampai waktunya makan malam juga lewat), sambil ngobrolin apa saja mulai dari nostalgia sampai hal-hal terkini itulah aku benar-benar melihat dengan mata kepalaku sendiri, bahwa apa yang selama ini kudengar tentang kisah mereka itu memang begitulah adanya. Malah yang kudengar hanya lewat cerita saja rasanya menjadi kurang lengkap, padahal biasanya yang namanya gossip itu kan lebay ya…., hehehe…

Mulanya waktu aku dan Iis temanku masih berada di dalam taxi yang baru akan merapat ke Plaza Senayan, kami melihat pemandangan di sebelah kiri yang selama ini sudah tidak asing lagi di benakku, karena aku memang belum pernah melihat mereka dalam keadaan berdua secara langsung. Yaitu pemandangan Udin yang sedang mendorong kursi roda Wuri dengan penuh kasih. (Cerita mereka bermula ketika aku sudah lulus dan tidak pernah datang lagi ke kampus)

Aku dan temanku langsung meminta sopir taxi berhenti dan kamipun melompat keluar, mengejar mereka berdua. Tadinya kami mau mengikuti saja mereka dari belakang, tapi rupanya mereka mendengar suara ribut kami sehingga merekapun menoleh.

Haaa….,  wajah-wajah surprise kami karena rindu yang menahun, pasti asyik sekali kalau ada yang mengabadikan. Dua puluh tahun lebih tak pernah bersua dan hanya berbincang lewat dunia maya. Pelukan dan ciuman serasa lebih panas dari teriknya matahari Jakarta di atas kami saat itu. Hhhh….. lepasssss………

Setelah puas saling menatap, kamipun meneruskan langkah memasuki Plaza Senayan yang sejuk karena AC dari aliran listrik sekian ribu watt yang mungkin juga ada yang menunggak ke PLN, sehingga imbasnya rumahku yang tak ber AC harus siap sedia dicabut kalau telat membayar rekening tiap bulannya,… hehehe….

Kita kembali pada Udin dan Wuri yang selalu membuatku kagum pada cinta mereka.  Setelah mencari-cari tempat yang nyaman di foodcourt lantai tiga, kamipun membooking sebuah meja di depan ‘Masakan Padang’ karena kami ingin makan sayuran. Dari sini respectku pada mereka berdua semakin bertambah.

Mulai mengambil makanan nih, Udin sudah langsung mengambilkan apa saja yang akan menjadi santap siang Wuri tanpa menanyakan mau makan apa, minum apa? Kemudian segelas es buah yang mereka nikmati berdua. Sebotol air mineral yang mereka nikmati berdua. Se cup es krim yang tadinya dinikmati sendiri oleh Wuri akhirnya disikat pula oleh Udin.

Sekarang tentang bahan pembicaraan nih, betapa kudengar mereka saling melengkapi setiap kalimat yang keluar dari bibir masing-masing. Begitu juga halnya tentang prinsip, visi, dan isi otak mereka berdua yang kurasa benar-benar sama.

Tentu saja hal ini membuatku terkagum-kagum. Amazing, kata Tukul. Begitu kompaknya mereka, dua kepala dan dua jiwa yang berbeda, bisa menjadi satu. Ketulusan itu benar-benar tampak diantara mereka karena keduanya adalah pemegang prinsip putih adalah putih, hitam adalah hitam, tidak ada dalam kamus mereka yang namanya abu-abu. Semua harus terang benderang dan berjalan di relnya masing-masing.

Tulisan ini kubuat sebagai ucapan selamat jalan buat mereka berdua yang akan segera kembali ke Inggris, tempat Wuri masih harus menyelesaikan 2 tahun lagi masa studynya di sana. Aku tidak tahu kapan kami dapat bertemu lagi, walaupun dalam asa selalu terucap kata, semoga masih ada umur kita untuk bertemu lagi. Terima kasih untuk waktu yang indah kemarin, Udin dan Wuri. Love you.


Bogor, 30 November 2012